TUNTUNAN TAYAMUM SESUAI SUNNAH

Image
  Oleh : Abu Fatwa Albani Syam (SAMSUDIN)   @ Syarat-syarat tayamum Syarat-syarat yang diperbolehkan tayamum yaitu sakit, atau dalam perjalanan (safar), atau  bila keadaannya tidak menemukan air untuk wudlu setelah buang air besar,  atau setelah berjimak maka  dimestikan tayamum . Berikut dalilnya :   وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا   فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh  perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih). Usaplah  mukamu dan tanganmu dengan tanah itu .   QS : al-Maidah : 6.   @ Debu yang digunakan untuk tayamum harus debu yang suci dan tidak membahayakan terhadap kulit.   @ Cara-cara tayamum -     Mengu...

MUSTHALAH HADIS BAG 8

 Muhadharah  ke  8




HADIS HASAN LIGHAIRIHI

 

Oleh : Abu Fatwa Albani Syam

  (SAMSUDIN)

 

 

A. Definisi

Yaitu Hadis dha'if ringan (muhtamal) apabila jalur sanadnya banyak. Bisa juga dikatakan hadis hasan lighairih itu adalah hadis yang keadaan dha'ifnya ringan kemudian terbantu oleh yang dha'ifnya sama ringannya atau oleh yang lebih lumayan di atasnya.

 

B. Kedudukannya

Hadis hasan lighairih derajatnya lebih rendah dari hadis hasan li dzatihi. Oleh karena itu jika ada matan hadis hasan li ghairihi bertentangan dengan matan hadis hasan li dztihi, maka yang harus dikedepankan terlebih dahulu adalah hadis hasan li dzatihi.[1]

 

C.  Hukumnya

Hukum hadis hasan lighairihi adalah maqbul (diterima) bisa dijadikan hujjah.

 

D.  Contoh

 

Hr. al-Bazzar : 2651

 

حَدَّثنا مُحَمد بن مَعْمَر، حَدَّثنا جعفر بن عون: أَخْبَرَنَا سَلَمَةُ بْنُ وَرْدَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: ارْتَقَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم عَلَى دَرَجَةٍ مِنَ الْمِنْبَرِ فَقَالَ: آمِينَ، ثُمَّ ارْتَقَى دَرَجَةً أُخْرَى فَقَالَ آمِينَ، ثُمَّ ارْتَقَى الثَّالِثة فَقَالَ: آمِينَ، ثُمَّ جَلَسَ قَالَ: فَسَأَلُوهُ: عَلامَ أَمَّنْتَ يَا رَسولَ اللهِ؟ قَالَ: أَتَانِي جِبْرِيلُ فقال: رغم أنف امرىء ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ قُلْتُ:آمِينَ وَرَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ أَحَدَ أَبَوَيْهِ، أَوْ كِلاهُمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ. قُلْتُ: آمِينَ. وَرَغِمَ أنف امرىء أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ. قُلْتُ: آمِينَ.

Telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ja'far bin 'Aun : telah mengabarkan kepada kami Salamah bin al-Wardan ia berkata : aku telah mendengar Anas bin Malik berkata : Nabi shallallahu alaihi wa sallam naik mimbar pada tangga pertama ia mengucapkan : amin. Kemudian naik lagi ke tangga berikutnya lalu mengucapkan : amin. Kemudian naik ke tangga ke tiga ia mengucapkan amin.


Pada hadis ini terdapat rawi bernama Salamah bin Wardan, ia rawi lemah dari segi hafalannya. Dan ia meriwayatkan hadis-hadis dari Anas tidak menyefakati hadis-hadis rawi-rawi tsiqat, akan tetapi ia termasuk dha'if muhtamal tidak parah. Dan ia dalam periwayatan hadis ini diikuti oleh Tsabit al-Banani, orang yang meriwayatkan dari dia yaitu Muammal bin Ismail sedangkan ia seorang rawi yang lemah pula pada hafalannya. Maka dengan demikian, hadis Salamah bin Wardan di atas dengan dibantu berbagai banyak jalan menjadi naik derajatnya menjadi hasan lighairihi.

 

 

 

 

 

 

 

[1] DR. Mahmud Thahan, Taysir Musthalah al-Hadis : 51

Comments

Popular posts from this blog

SHAHIH DHA'IF HADIS-HADIS SEPUTAR FADHILAH DAN AMALAN KHUSUS DI BULAN SYA’BAN

STATUS HADIS SALAM SEBELUM BICARA

TUNTUNAN TAYAMUM SESUAI SUNNAH