BOLEHKAH MELAKSANAKAN SHALAT LAIL DUA KALI ?

Sanad dan Matan Hadis ;
حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ الصَّبَّاحِ بَغْدَادِيٌّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَكَرِيَّا عَنْ عَنْبَسَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَاذَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامُ قَبْلَ الْكَلَامِ وَبِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَدْعُوا أَحَدًا إِلَى الطَّعَامِ حَتَّى يُسَلِّمَ.
Telah menceritakan kepada kami [Al Fadlal bin Ash Shabbah Baghdadi] telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Zakaria] dari [Anbasah bin Abdurrahman] dari [Muhammad bin Zadzan] dari [Muhammad bin Al Munkadir] dari [Jabir bin Abdullah] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Salam itu sebelum berbicara." Dan dengan sanad ini pula. dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Janganlah kalian memanggil seseorang untuk makan hingga mengucapkan salam." Hr. Tirmidzi : 2623. Abu Ya’la. Musnad Abi Ya’la Al-Maushuli : 2059.
Hadis ini derajatnya dha’if. Imam Tirmidzi sendiri menilainya sebagai hadis munkar dimana hadis munkar itu hadis yang sangat parah derajat kedha’ifannya. Sebagaimana pernyataan beliau berikut ;
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ مُنْكَرٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يَقُولُ عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ضَعِيفٌ فِي الْحَدِيثِ ذَاهِبٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ زَاذَانَ مُنْكَرُ الْحَدِيث
Abu Isa berkata; Hadits ini munkar, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini, dan aku mendengar Muhammad berkata; Anbasah bin Abdurrahman lemah dalam masalah hadits dan dzahib (haditsnya tidak diterima) sedangkan Muhammad bin Zadzan haditsnya munkar.
Selain Imam Tirmidzi, sejumlah ulama-ulama Ahlu Hadis lainnya menilai sama pada hadis ini, karena pada sanadnya terdapat dua rawi yang bermasalah yaitu; Anbasah bin Abdurrahman dan Muhammad bin Zadan. berikut penilaian para ulama ahlul hadis terhadap kedua rawi tersebut ;
1. Anbasah bin Abdurrahman.
2. Muhammad bin Zadzan.
a) Berkata Abdul Haq Al-Isybili : Sanadnya dh’aif.15
b) Berkata An-Nawawi : dha’if.16
c) Berkata Ibnu Mulaqan : dha’if.17
d) Berkata Ibnu Al-Qayyim : sanadnya dha’if.18
e) Berkata Shadruddin Al-Munawi : dha’if.19
f) Berkata Al-Bushairi : sanadnya dha’if.20
g) Berkata Syu’aib Al-Arnauth : bathil.
Terdapat bunyi riwayat lainnya akan tetapi semuanya tidak lepas dari kedha’ifan. Sebagaimana berikut ;
حَديثٌ رَواه بَقيَّةُ، قالَ: حَدَّثَني ابنُ أبي رَوّادٍ، عن نافِعٍ، عن ابنِ عُمَرَ، قال: قالَ رَسولُ اللهِ ﷺ: لا تَبدَؤوا بالكَلامِ قَبْلَ السَّلامِ، فمَن بَدَأَ بالكَلامِ قَبْلَ السَّلامِ فلا تُجيبوه
Hadis diriwayatkan oleh Baqiyyah, ia berkata : telah menceritakan kepadaku Ibnu Abi Rawwaad, dari Nafi’, dari Ibnu Umar berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : janganlah kalian memulai pembicaraan sebelum salam, maka siapa yang memuali pembicaraannya sebelum salam maka janganlah kalian jawab (penuhi).
Berkata Abu Hatim Ar-Razi : hadis ini batil, bukan dari hadis Ibnu Abi Ruwwad.21
Kesimpulan :
Hadis ini tidak layak dijadikan hujah karena kedha’ifannya. Wallahu Alam.
Referensi :
Comments
Post a Comment