ILMU MUSTHALAH HADIS Bag 7
Muhadharah ke 7
HADIS DHA'IF
Oleh : Abu Fatwa Albani Syam
(Syamsudin Mukti)
A. Definisi
Hadis Dha'if
ialah hadis yang tidak berkumpul padanya sifat-sifat diterimanya hadis , yaitu
hilangnya salahsatu syarat diantara syarat-syarat hadis shahih.
B. Syarat-Syarat
Hadis shahih
1.
Sanadnya ada sampai kepada Nabi saw
2.
Bersambung sanadnya
3.
Rawi-rawinya 'Adil dan Dhabit[1]
4.
Tidak ada illat (cacat)
5.
Tidak ada syadz (tidak berlawanan dengan yang
lebih kuat)
- Apabila syarat yang pertama hilang/ tidak ada,
maka keluar dari sebutan mansub (bersambung) kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam.
- Apabila syarat yang kedua hilang, maka disebut
hadisnya mursal.
- Apabila syarat yang pertama dari syarat yang
ke tiga hilang yaitu dari segi 'adilnya, maka disebut hadisnya matruk, atau
maudhu'.
- Apabila syarat yang ke dua dari syarat yang
ke tiga hilang yaitu dari segi dhabitnya, maka disebut hadisnya dha'if, matruk,
atau maudhu'. Tergantung sedikit dhabit rawinya.
-
Apabila syarat yang ke empat hilang, maka
disebut hadisnya syadz.
-
Apabila syarat yang ke lima hilang, maka
disebut hadisnya mu'allal.
C. Pembagian Dha'if
Hadis Dha'if ditinjau dari segi bobot kedha'ifannya terbagi kepada
dua kelompok, yaitu Dha'if Muhtamal, dan Dha'if Syadid.
1. Dha'if Muhtamal
Yaitu hadis yang kedha'ifnya tidak
berat (ringan) yang dapat terangkat derajatnya menjadi "Hasan
Lighairih". Seperti keadaan
dha'if rawinya itu "yuktabu hadisuhu, wa laa yuhtaju bihim 'inda
tafarrud" ( dicatat hadisnya, dan tapi tidak dijadikan hujjah dengannya
ketika ia menyendiri meriwayatkan hadisnya), atau keadaan dha'ifnya itu
munqath'i disebabkan mursal, atau tadlis.
2. Dha'if Syadid
Yaitu hadis yang kedha'ifannya berat/
parah tidak ringan, maka tidak dapat terangkat walaupun terdapat mutaba'ah[2] (ada yang mengikutinya).
Seperti keadaan rawinya " Muttahamman" (tertuduh dusta), Kadzdzab
(pendusta), matruk lisu-I hifdzihi au likastrati ghalatihi (ditinggalkan sebab
buruk hafalan atau sering keliru), atau Majhul a'in,[3]
atau tidak dikenal.
D.Contoh hadis
dha'if Syadid dari segi 'adalah
Hr. al-Khatib al-baghdadi, Bab
Iqtidha-i al-Ilmi al-'Amal : 69.
عن
أبي داود النخعي, حدثنا علي بن عبيد الله الغطفاني, عن سليك, قال : سمعت النبي .
ص. يقول : إذا علم العالم و لم يعمل كان كالمصباح يضيْ للناس ويحرق نفسه.
Dari
Abu Daud an-Nakhai, telah menceritakan kepada kami Ali bin Ubaidillah
al-Ghathafani, dari Sulaik ia berkata : aku mendengar Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda : apabila seorang alim telah mengetahui ilmunya lalu dia
tidak mengamalkannya, maka ia bagaikan lampu (lilin) yang menerangi manusia
tetapi membakar dirinya sendiri.
Pada sanadnya hadis ini terdapat rawi bernama Abu Daud
an-Nakhai, nama aslinya Sulaiman bin Amer. Berkata Imam Ahmad : adalah ia memalsukan
hadis. Berkata Ibnu Ma'in : adalah ia sedusta-dusta manusia. Dan
Ibnu Ma'in berkata dikesempatan lain : ia terkenal pendusta hadis.
Berkata al-Bukhari : ia matruk (ditinggalkan), Qutaibah dan Ishaq menilainya
dusta.[4]
Maka hadis ini dengan sanad tersebut di nilai Maudhu'
(palsu), sebab kedha'ifan rawinya dari segi 'adalah.
E. Contoh hadis dha'if syadid dari segi
Dhabitnya
Hr.
Abu Nu'aim, Hilyatu al-Auliya : VIII : 252.
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُسَيِّبِ، ثنا عَبْدُ اللهِ بْنُ خُبَيْقٍ،
ثنا يُوسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، عَنِ الْعَرْزَمِيَّ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: " كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ الْكَيَّ وَالطَّعَامَ الْحَارَّ , وَيَقُولُ:
«عَلَيْكُمْ بِالْبَارِدِ فَإِنَّهُ ذُو بَرَكَةٍ أَلَا وَإِنَّ الْحَارَّ لَا
بَرَكَةَ فِيهِ , وَكَانَتْ لَهُ مُكْحُلَةٌ يَكْتَحِلُ مِنْهَا عِنْدَ النَّوْمِ
ثَلَاثًا ثَلَاثًا»
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad, telah
mneceritakan kepada kami Muhammad bin al-Musayyab, telah menceritakan kepada
kami Abdullah bin Khubaik, telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Asbath,
dari Muhammad bin Ubaidillah al-Arzami, dari Shafwan bin Sulaim, dari Anas bin
Malik ia berkata : Dingikanlah oleh kalian, karena sesungguhnya dingin itu
mengandung barokah, ketahuilah sesungguhnya panas itu tidak mengandung barokah.
Pada sanad hadis ini terdapat rawi bernama Muhammad bin
Ubaidillah al-'Arzami, dia itu matruk (ditinggalkan) dari segi hafalannya.
Padahal ia seorang yang shalih. Tetapi semua kitab-kitabnya hilang dan ia
menghadiskan mengandalkan hafalannya, ia meriwayatkan hadis-hadis yang tidak
diikuti oleh rawi-rawi tsiqat, maka para ahli ilmu meninggalkan dia.[5]
Komentar
Posting Komentar