HUKUM LAKI-LAKI MEMAKAI CINCIN EMAS

  

Oleh : Abu Fatwa Albani Syam

(SAMSUDIN)

 

A. Muqaddimah

Menentukan status hukum dalam islam tidak cukup menyimpulkan dari satu atau dua keterangan nash baik ayat Quran atau hadits, mesti dianalisis seluruh dalil dalil nash yang ada kaitannya dengan permasalahannya sehingga dapat ditarik sebuah isthinbat ahkam yang tentunya sesuai dengan kaidah kaidah yang disepakati jumhur ulama. Adakalanya pengharaman itu dijelaskan secara langsung dengan lafaz "haram". Seperti salahsatu contoh :

 

 حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَاۤ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ .......

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah,  QS. Al-Ma'idah: Ayat 3.


Juga adakalanya pengharaman sesuatu itu dengan menggunakan bentuk " larangan". Yang dengan ini apabila larangan tersebut berdiri sendiri dalam artian tidak ada dalil lain yang memalingkan/ menyelisihinya, maka maksud larangan tersebut adalah haram. Tetapi apabila terdapat dalil lain yang menyelisihinya, maka larangan tersebut jatuh kepada makruh. Sebagaimana kaidah ushul :

 

الأصل في النهي للتحريم إلا دل دليل على خلافه

Yang pokok pada larangan itu untuk pengharaman kecuali ada dalil lain yang menyelisihinya.

 

B. Analisis Masalah

1. Hadits - Hadits yang menunjukkan haram.

 

أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ الدِّرْهَمِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِي مُوسَى أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لِإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا.

Telah mengabarkan kepada kami Ali Ibnul Husain Ad Dirhami ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul A'la dari Sa'id dari Ayyub dari Nafi' dari Sa'id bin Abu Hind dari Abu Musa, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Emas dan sutra . dihalalkan bagi para wanita dari umatku dan diharamkan bagi para lelakinya." Hr. Nasai : 5057Tirmidzi : 1720. Ahmad : 19008, 19009, 19013, 19148.

 

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadraknya dan Thabrani dalam Mu'jam Kabirnya. Hanya semuanya bermuara kepada seirang rawi bernama Sa'id bin Abi Hindin dari Abu Musa. Berkata Abu Hatim : bahwasanya ia tidak bertemu dengan Abu Musa. Dan berkata Daraaquthni dalam kitab al-'Ilal : Sa'id bin Abi Hindi tidak mendengar dari Abu Musa. Dan berkata Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya : Sa'id bin Abi Hindin dari Abu Musa ada kecacatan dan tidaklah shahih.[1]

 

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ بَشِيرِ بْنِ نَهِيكٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ وَقَالَ عَمْرٌو أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ سَمِعَ النَّضْرَ سَمِعَ بَشِيرًا مِثْلَهُ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Nadlr bin Anas dari Basyir bin Nahik dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau melarang mengenakan cincin emas. 'Amru mengatakan; Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Qatadah bahwa dia mendengar Nadlr; dia mendengar Basyir seperti hadits di atas. Hr. Bukhari : 5415. Nasai : 5178, 5179. Ibnu Majah : 3633. Ahmad : 9671.

 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُنَيْنٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ لُبْسِ الْقَسِّيِّ وَالْمُعَصْفَرِ وَعَنْ تَخَتُّمِ الذَّهَبِ وَعَنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِي الرُّكُوعِ.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata; 'Aku membaca Hadits Malik dari Nafi' dari Ibrahim bin 'Abdullah bin Hunain dari Bapaknya dari 'Ali bin Abi Thalib; "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang berpakaian yang dibordir (disulam) dengan sutera, memakai pakaian yang dicelup dengan warna kuning, memakai cincin emas, dan membaca Al Qur'an di saat ruku." Hr. Muslim : 3874. Abu Daud : 3525, 3530, 3701. Tirmidzi : 244, 2732. Nasai : 1033, 1034, 1106, 5075, 5081, 5085. Ahmad : 672, 992, 1058.

 

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ أَبِي الشَّعْثَاءِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ سُوَيْدِ بْنِ مُقَرِّنٍ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَنَصْرِ الضَّعِيفِ وَعَوْنِ الْمَظْلُومِ وَإِفْشَاءِ السَّلَامِ وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ وَنَهَى عَنْ الشُّرْبِ فِي الْفِضَّةِ وَنَهَانَا عَنْ تَخَتُّمِ الذَّهَبِ وَعَنْ رُكُوبِ الْمَيَاثِرِ وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالدِّيبَاجِ وَالْقَسِّيِّ وَالْإِسْتَبْرَقِ.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Asy Syaibani dari Asy'ats bin Abu Asy Sya'tsa' dari Mu'awiyah bin Suwaid bin Muqarrin dari Al Barra` bin 'Azib radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, mendo'akan orang yang bersin, menolong yang lemah, menolong orang yang terzhalimi, menebarkan salam dan menunaikan sumpah, dan beliau juga melarang minum dari bejana yang terbuat dari perak, mengenakan cincin emas, menaiki sekedup yang ditutupi dengan kain sutera, mengenakan kain sutera, dibaj, Qasiy dan Istabraq (sejenis kain sutera)." Bukhari : 5766. Muslim : 3848. Nasai : 1913. Ahmad : 17900, 17904.

 

  حَدَّثَنِي وَهْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ يُحَدِّثُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ قَالَ جَلَسَ رَجُلٌ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي يَدِهِ خَاتَمٌ مِنْ ذَهَبٍ فَقَرَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ بِقَضِيبٍ كَانَ فِي يَدِهِ ثُمَّ غَفَلَ عَنْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَمَى الرَّجُلُ بِخَاتَمِهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ خَاتَمُكَ قَالَ أَلْقَيْتُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَظُنُّنَا قَدْ أَوْجَعْنَاكَ وَأَغْرَمْنَاكَ.

Telah menceritakan kepada kami Wahb ia berkata, Telah menceritakan kepada kami Bapakku ia berkata, saya mendengar Nu'man menceritakan dari Az Zuhri dari Atha` bin Yazid dari Abu Tsa'labah Al Khasyani ia berkata, "Seorang laki-laki duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara di tangannya terdapat cincin emas. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memukul tangannya dengan kayu lalu berpaling. Maka laki-laki itu pun membuang cincinnya. Setelah itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya dan bertanya, "Mana cincinmu?" laki-laki itu menjawab, "Saya telah membuangnya." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berarti kami telah menyakiti dan membuatmu rugi."  Hr. Ahmad : 17084.

 

  أَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْمَصِّيصِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ أَهْلِ ثَغْرٍ ثِقَةٌ قَالَ حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ عَنْ أَبِي النَّجِيبِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ أَقْبَلَ رَجُلٌ مِنْ الْبَحْرَيْنِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ فَلَمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ وَكَانَ فِي يَدِهِ خَاتَمٌ مِنْ ذَهَبٍ وَجُبَّةُ حَرِيرٍ فَأَلْقَاهُمَا ثُمَّ سَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَيْتُكَ آنِفًا فَأَعْرَضْتَ عَنِّي فَقَالَ إِنَّهُ كَانَ فِي يَدِكَ جَمْرَةٌ مِنْ نَارٍ قَالَ لَقَدْ جِئْتُ إِذًا بِجَمْرٍ كَثِيرٍ قَالَ إِنَّ مَا جِئْتَ بِهِ لَيْسَ بِأَجْزَأَ عَنَّا مِنْ حِجَارَةِ الْحَرَّةِ وَلَكِنَّهُ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا قَالَ فَمَاذَا أَتَخَتَّمُ قَالَ حَلْقَةً مِنْ حَدِيدٍ أَوْ وَرِقٍ أَوْ صُفْرٍ.

Telah mengabarkan kepadaku Ali bin Muhammad bin Ali Al Mashishi ia berkata; telah menceritakan kepada kami Dawud bin Manshur seorang dari penduduk Tsaghr dan tsiqah, dari Laits bin Sa'id dari Amru Ibnul Harits dari Bakr bin Sawadah dari Abu An Najib dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Seorang laki-laki dari Bahrain menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia mengucapkan salam namun beliau tidak membalasnya. Laki-laki itu memakai cincin emas dan jubah dari sutera, ia kemudian membuang keduanya dan mengucapkan salam lagi seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tadi aku memandang ke arahmu namun engkau berpaling?! Beliau bersabda: "Karena di tanganmu ada bara dari api neraka." Laki-laki itu berkata, "Kalau begitu aku datang dengan membawa bara yang banyak!" Beliau bersabda: "Apa yang engkau bawa itu tidaklah lebih hina bagi kami dari bebatuan di Harrah, itu hanyalah perhiasan dunia." Laki-laki itu berkata, "Lalu dengan apa aku harus memakai cincin?" Beliau menjawab: "Dari besi, atau perak, atau tembaga." Hr. Nasai : 5111

 

Hadits-hadits inilah yang dijadikan pendapat atas haramnya lelaki memakai cincin emas.

 

2. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan tidak haram.

 

 حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ وَجَعَلَ فَصَّهُ مِمَّا يَلِي كَفَّهُ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ مِثْلَهُ فَلَمَّا رَآهُمْ قَدْ اتَّخَذُوهَا رَمَى بِهِ وَقَالَ لَا أَلْبَسُهُ أَبَدًا ثُمَّ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ فَاتَّخَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ الْفِضَّةِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَلَبِسَ الْخَاتَمَ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ حَتَّى وَقَعَ مِنْ عُثْمَانَ فِي بِئْرِ أَرِيسَ.

Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah membuat cincin dari emas atau perak, dan menghadapkan mata cincinnya di telapak tangan serta mengukirnya dengan tulisan "Muhammad Rasulullah", maka orang-orang pun membuat seperti itu juga, ketika beliau mengetahui orang-orang membuatnya, maka beliau langsung melempar cincin tersebut sambil bersabda: "Saya tidak akan memakainya selama-lamanya." Setelah itu beliau membuatnya dari perak dan orang-orang pun ikut membuat cincin dari perak, Ibnu Umar mengatakan; "Cincin itu dipakai oleh Abu Bakr setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Umar dan Utsman, sehingga Utsman menjatuhkannya di sumur Aris. Hr. Bukhari : 5417

 

Dari hadits di atas dapat disimpulkan :

1. Rasulullah saw pernah memakai cincin emas.

2. Pernyataan tidak memakainya Rasulullah cincin emas selamanya, bukan berarti menunjukkan haram, akan tetapi menunjukkan kepada hukum lain. Faktanya Rasulullah menyuruh albara untuk memakainya. Sebagaimana hadits berikut :

 

 حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلَى الْبَرَاءِ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَكَانَ النَّاسُ يَقُولُونَ لَهُ لِمَ تَخَتَّمُ بِالذَّهَبِ وَقَدْ نَهَى عَنْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الْبَرَاءُ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ يَدَيْهِ غَنِيمَةٌ يَقْسِمُهَا سَبْيٌ وَخُرْثِيٌّ قَالَ فَقَسَمَهَا حَتَّى بَقِيَ هَذَا الْخَاتَمُ فَرَفَعَ طَرْفَهُ فَنَظَرَ إِلَى أَصْحَابِهِ ثُمَّ خَفَّضَ ثُمَّ رَفَعَ طَرْفَهُ فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ ثُمَّ خَفَّضَ ثُمَّ رَفَعَ طَرْفَهُ فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ ثُمَّ قَالَ أَيْ بَرَاءُ فَجِئْتُهُ حَتَّى قَعَدْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَخَذَ الْخَاتَمَ فَقَبَضَ عَلَى كُرْسُوعِي ثُمَّ قَالَ خُذْ الْبَسْ مَا كَسَاكَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ وَكَانَ الْبَرَاءُ يَقُولُ كَيْفَ تَأْمُرُونِي أَنْ أَضَعَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَسْ مَا كَسَاكَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Abu Raja` Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Malik ia bekata; Saya melihat Al Barra' mengenakan cincin emas, dan orang-orang pun bertanya kepadanya, "Kenapa kamu memakai cincin emas, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarangnya?." Maka Al Baraa` menjawab, "Pernah kami berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sementara di hadapan beliau tertumpuk harta ghanimah yang sedang beliau bagi. Diantara ghanimah itu ada tawanan wanita, dan juga beberapa perabot rumah tangga. Beliau membaginya hingga tersisalah cincin ini. Lantas beliau mengangkatnya, lalu memandang ke arah para sahabatnya dan bertanya: "Wahai Baraa` (kemarilah)." Maka saya pun mendatanginya hingga duduk di hadapannya. Lalu beliau mengambil cincin tersebut dan meletakkannya di atas ketingku seranya bersabda: "Ambil dan kenakanlah selama Allah dan Rasulullah mengenakannya padamu." Al Baraa` berkata, "Bagaimana kalian memerintahkanku untuk melepaskan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar aku mengenakannya selama Allah dan Rasul-Nya mengenakannya padaku." Hr. Ahmad : 17861. Abu Ya'la, Musnad Abi Ya'la ; 1708. Ibnu Abi Syaibah : 25660.

 

Sanad hadits ini menurut al-hafiz ibnu hajar sahih. Dan juga beliau mengatakan setelah penelitiannya :

 

 وقد جاء عن جماعة من الصحابة لبس خاتم الذهب من ذلك ما خرجه ابن ابي شيبة من طريق محمد بن ابي اسماعيل أنه رآء ذلك على سعد بن ابي وقاص وطلحة بن عبيد الله وصعيب وذكر ستة او سبعة.

Dan sungguh telah datang (khabar) tentang sebagian daripada sahabat Nabi memakai cincin emas. Satu dari padanya yaitu yang diriwayatkan oleh ibnu abi syaibah dari jalan Muhammad bin Abi Ismail yang ia pernah lihat cincin emas di tangan sa'ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Shuhaib, dan ia ada sebut enam atau tujuh sahabat. Lihat Fathul Bari : 11 : 397.

 

Al-hafiz ibnu hajar menyimpulkan :

قلت : التوفيق بين الكلامين ممكن بأن يكون القائل بكراهة التنزيه.

Pendapatku : yang cocok dari diantara kedua pendapat itu (pro-kontra)  bisa jadi yang berpendapat karahah tanzih (makruh tanzih). Fathul Bari : 11 : 397.

 

 

C. Kesimpulan

Setelah menganalisa dalil-dalil yang dijadikan hujjah oleh masing-masing pendapat, maka penulis cenderung setuju atas pendapat yang kedua. Yaitu hukum memakai cincin emas bagi laki-laki adalah makruh tanzih bukan haram. Karena kalau larangan itu jatuh kepada haram tentulah cincin emas tidak dipakai oleh sahabat-sahabat yang bukan satu atau dua orang saja sebagaimana yang dikutif oleh al-hafiz Ibnu Hajar. Dan inilah dalil yang memalingkan atau yang menyelisihi larangan tersebut sehingga jatuh kepada makruh bukan haram. Sebagai mana kaidah ushul fiqih di atas.

 

Wallahu A'lam.



[1] Nailul Authar, Syarh Muntaqa al-Akhbar ; 2 : 126.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritikan untuk Jumhur dari Sejumlah Ulama hadis dan Fiqih tentang Makmum Masbuq dapat Rukuk dapat Satu Raka’at

DALIL-DALIL SEPUTAR DA'WAH

STATUS HADIS TENTANG ARWAH YANG MENINGGAL BISA MELIHAT KEADAAN KERABATNYA YANG MASIH HIDUP DAN DAPAT MENDO'AKANNYA