HUKUM ISBAL

 

Oleh : Abu Fatwa AlBani Syam
(SAMSUDIN)

 

A.  Makna Isbal

 

Isbal itu bukan menjulurkan pakaian, sarung atau celana sampai menutupi mata kaki, akan tetapi isbal itu adalah  menutup melebihi mata kaki terus ke bawah sampai ke tanah. Hal ini dapat difahami dari nash-nash hadis seperti dalam riwayat berikut  :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama ia bersabda : apa-apa yang di bawah dua mata kaki dari sarung maka dineraka.[1]

 

Kalimat “ asfala” artinya di bawah. Maka dengan demikian tidaklah disebut isbal kalau hanya menutupi sampai mata kaki semata.

 

Imam Syaukani menjelaskan maksud dari menjulurkan pakaian yaitu :

 

والمُرَادُ بِجَرِّهِ هُوَ جَرَّهُ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ وَهُوَ المُوَافِقُ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : ( مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فِي النَّارِ )

Dan yang dimaksud dengan menarik/menjulurkan itu adalah menariknya sampai ke permukaan tanah dan itu sesuai dengan sabdanya nabi shallallahu ‘alaihi wassallam ; apa-apa yang di bawah matakaki dari sarung maka di neraka.[2]

 

@ Pelaku isbal dinamai musbil

 

B.  Hukum Isbal

 

Jika dikumpulkan hadis-hadis mengenai larangan atau ancaman isbal maka akan terklasifikasikan menjadi 4 permasalahan, yaitu ;

 

1.     Dalil-dalil ancaman isbal secara umum (mutlaq) baik jenis pakaian atau motivasi memakainya.

 

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارً ا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Dari [Abu Dzar] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih." Abu Dzar berkata lagi, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang melakukan isbal (memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat lakubarang dagangan dengan sumpah palsu."[3]  

 

Difaham dari kata musbil  (orang yang memanjangkan pakaian). Ini artinya umum seluruh jenis pakaian dan umum pula motivasi pemakaiannya baik disertai sombong ataupun tidak. Yang demikian disebut Mutlaq.

 

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بن عُمَرَ الضَّبِّيُّ , حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن كَثِيرٍ , حَدَّثَنَا سُفْيَانُ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مُحَمَّدِ بن عَقِيلٍ , قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ , يَقُولُ: كَسَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُبْطِيَّةً , وَكَسَى أُسَامَةَ بن زَيْ دٍ حُلَّةً سِيَرَاءَ , فَنَظَرَ فَرَآنِي أَسْبَلْتُ فَجَاءَ فَأَخَذَ بِمَنْكِبِي , فَقَالَ:يَا ابْنَ عُمَرَ كُلُّ شَيْءٍ يَمَسُّ الأَرْضَ مِنَ الثِّيَابِ فِي النَّارِ, فَرَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَأْتَزِرُ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ .

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar adh-Dhabbi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin katsir, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, ia berkata : aku telah mendengar Ibnu Umar berkata : Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memakaikan Qubthiiyyah, dan kepada Usamah bin Zaid Hullah siyara’.  Lalu ia (rasul) melihat aku menjulurkan pakaian itu, kemudian ia (rasul) datang kepadaku seraya memegang pundakku lalu berkata : wahai ibnu Umar segala sesuatu dari pakaian yang mengenai tanah (adalah) di neraka.  Kemudian aku melihat ibnu Umar ia berkain sarung sampai setengah betis.[4]  

 

حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِىِّ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْجُعْفِىُّ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِى رَوَّادٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الإِسْبَالُ فِى الإِزَارِ وَالْقَمِيصِ وَالْعِمَامَةِ

Telah menceritakan kepada kami [Hannad bin As Sari] berkata, telah menceritakan kepada kami [Husain Al Ju'fi] dari [Abdul Aziz bin Abu Rawwad] dari [Salim bin Abdullah] dari [Bapaknya] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Isbal (menjulurkan kain) itu ada pada sarung, baju dan surban. [5]

 

Hadis ini dipandang dha’if oleh asy-Syaukani karena pada sanadnya terdapat rawi bernama Abdul ‘Aziz bin Abi Rawwad ia seorang rawi yang diperbincangkan. Akan tetapi pendha’ifan tersebut tidak mubayyan sabab (tidak diterangkan sebab cacat kedha’ifan rawinya) sebab tertuduh berfaham murji’ah semata-mata tidak menggugurkan ketsiqatan Abdul Aziz bin Rawwad. Karena itulah syeikh al-Bani menshahihkannya dalam kitab shahih Nasai-nya.  dengan demikian isbal itu tidak khusus kepada sarung atau celana saja melainkan umum seluruh pakaian, dikuatkan lebih jelas lagi pernyataan Maharib ketika ditanya oleh Syu’bah sebagaimana dalam riwayat bukhari  sebagai berikut :

 

.... حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ لَقِيتُ مُحَارِبَ بْنَ دِثَارٍ عَلَى فَرَسٍ وَهُوَ يَأْتِي مَكَانَهُ الَّذِي يَقْضِي فِيهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ فَحَدَّثَنِي فَقَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ مَخِيلَةً لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقُلْتُ لِمُحَارِبٍ أَذَكَرَ إِزَارَهُ قَالَ مَا خَصَّ إِزَارًا وَلَا قَمِيصًا.

..… telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dia berkata; saya berjumpa [Muharib bin Ditsar] di atas kudanya, ketika ia datang di tempat untuk memutuskan suatu perkara, lalu aku bertanya tentang suatu hadits, maka dia menceritakan kepadaku, katanya; saya mendengar [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menjulurkan kainnya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak." Lalu tanyaku kepada Muharib; "Apakah beliau menyebutkan kain sarung?" dia menjawab; "Beliau tidak mengkhususkan kain sarung ataukah jubah."[6]

 

      Kesimpulan dari poin pertama :

 

Dengan mencermati dalil-dalil yang telah disebutkan tadi dapat disimpulkan bahwa isbal itu tidak terfokus kepada celana saja akan tetapi mencakup seluruh jenis pakaian.

 

2.  Khusus jenis pakaiannya dan umum motivasi memakainya.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ.

Dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka."[7]

 

    Dari hadis tersebut khusus larangan isbal pada kain sarung dan umum baik karena sombong ataupun tidak.

 

3.    Dalil ancaman isbal pada pakaian khusus sarung, dan khusus (dibatasi) pula motivasinya yaitu karena kesombongan saja.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا.

Dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat kelak, Allah tidak akan melihat orang yang menjulurkan kain sarungnya karena sombong."[8]

 

4.    Dalil-dalil ancaman isbal pada pakaian secara umum, tetapi secara khusus (dibatasi) motifasinya yaitu karena kesombongan saja.

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ.

Dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tidak akan melihat orang yang menjulurkan pakaiannya dengan sombong."[9]

 

 

عَنْ شُعْبَةَ أَخْبَرَنِي جَبَلَةُ سَمِعْتُ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ جَرَّ ثَوْبًا مِنْ ثِيَابِهِ مِنَ المَخِيْلَةِ فَإِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ.

Dari Syu’bah telah mengabarkan kepadaku Jabalah : aku telah mendengar Ibnu Umar berkata : telah bersabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : barangsiapa yang menjulurkan satu pakaian dari pakaian-pakaiannya karena sombong, maka sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepadanya di hari kiamat.[10] =

 

Kesimpulan :

 

Setelah memperhatikan seluruh dalil-dalil hadis mengenai ancaman isbal (menjulurkan pakaian melebihi mata kaki, secara keseluruhan dapat dikalsifikasikan menjadi dua ;

 

1.     Ancaman bagi pelaku isbal secara umum (mutlaq)

2.    Ancaman bagi pelaku isbal yang khusus disertai kesombongan.

 

Maka cara mengkompromikan kedua dalil tersebut dengan menggunakan kaidah ushul fiqih ;

حَمْلُ المُطْلَقِ عَلَى المُقَيَّدِ وَاجِبٌ

Artinya : "Menarik yang mutlaq kepada yang dibatasi (khusus) adalah wajib."

 

Maka dengan demikian, isbal yang kena ancaman masuk neraka, dan tidak akan dilirik oleh Allah ta'ala kelak diakhirat itu tiada lain adalah isbal yang disertai atau ada motiv kesombongan dan ini hukumnya Haram. Akan tetapi isbal yang tidak disertai niat sombong maka tidak apa-apa, dan ini hukumnya mubah.  Wallahu a'lam.

 

Berikut dalil-dalil penguat bagi kesimpulan di atas ;

 

1.  Dalil bahwa isbal yang tidak disertai sombong tidak termasuk kepada yang diancam :

 

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ إِزَارِي يَسْتَرْخِي إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسْتَ مِمَّنْ يَصْنَعُهُ خُيَلَاءَ

Dari [Salim bin Abdullah] dari [Ayahnya] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak." Lalu Abu Bakar berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri, kecuali jika aku selalu menjaganya?" lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong."[11]

 

Kata-kata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abu Bakar "Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong." Ini menjadi bukti kuat bahwa illat atau alasan dilarangnya itu adalah ada unsur kesombongan bukan semata-mata menjulurkan kain celananya atau sarungnya.

 

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَسَفَتْ الشَّمْسُ وَنَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ يَجُرُّ ثَوْبَهُ مُسْتَعْجِلًا حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ وَثَابَ النَّاسُ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَجُلِّيَ عَنْهَا ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا وَقَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يَكْشِفَهَا.

Dari [Abu Bakrah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Ketika kami berada di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba terjadi gerhana Matahari, maka beliau segera berdiri menuju masjid, dan menjulurkan pakainnya karena tergesa-gesa hingga tiba dimasjid. Lalu orang-orang pun segera berdiri di sisinya dan beliau mengerjakan shalat dua rakaat. Setelah matahari terang, beliau berkhutbah di hadapan kami seraya bersabda: "Matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi keduanya merupakan tanda diantara tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat kedua gerhana tersebut, maka shalatlah dan berdoalah hingga gerhana tersingkap dari kalian (nampak kembali)." Hr. Bukhari : 5339.

 

Berkata Ibnu Hajar :

 

قَوْلُهُ فَقَامَ يَجُرُّ ثَوْبَهُ مُسْتَعْجِلًا فَإِنَّ فِيهِ أَنَّ الْجَرَّ إِذَا كَانَ بِسَبَبِ الْإِسْرَاعِ لَا يَدْخُلُ فِي النَّهْيِ فَيُشْعِرُ بِأَنَّ النَّهْيَ يَخْتَصُّ بِمَا كَانَ لِلْخُيَلَا.

Perkataan : "maka beliau segera berdiri menjulurkan pakaiannya karena tergesa-gesa". Sungguh pada perkataan itu menunjukkan bahwa menjulurkan pakaian apabila keadaan sebabnya tergesa-gesa tidaklah termasuk kepada yang dilarang, maka dirasa bahwa larangan tersebut mengkhususkan terhadap yang keadaannya karena sombong.[12]

 

2. Perkataan para Ulama :

 

وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ أَنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ لِلْخُيَلَاءِ كَبِيرَةٌ وَأَمَّا الْإِسْبَالُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ فَظَاهِرُ الْأَحَادِيثِ تَحْرِيمُهُ أَيْضًا لَكِنِ اسْتُدِلَّ بِالتَّقْيِيدِ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ بِالْخُيَلَاءِ عَلَى أَنَّ الْإِطْلَاقَ فِي الزَّجْرِ الْوَارِدِ فِي ذَمِّ الْإِسْبَالِ مَحْمُولٌ عَلَى الْمُقَيَّدِ هُنَا فَلَا يَحْرُمُ الْجَرُّ وَالْإِسْبَالُ إِذَا سَلِمَ مِنَ الْخُيَلَاءِ قَالَ بن عَبْدِ الْبَرِّ مَفْهُومُهُ أَنَّ الْجَرَّ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ لَا يَلْحَقُهُ الْوَعِيدُ إِلَّا أَنَّ جَرَّ الْقَمِيصِ وَغَيْرِهِ مِنَ الثِّيَابِ مَذْمُومٌ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَقَالَ النَّوَوِيُّ الْإِسْبَالُ تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ لِلْخُيَلَاءِ فَإِنْ كَانَ لِغَيْرِهَا فَهُوَ مَكْرُوهٌ وَهَكَذَا نَصَّ الشَّافِعِيُّ عَلَى الْفَرْقِ بَيْنَ الْجَرِّ لِلْخُيَلَاءِ وَلِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ قَالَ وَالْمُسْتَحَبُّ أَنْ يَكُونَ الْإِزَارُ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَالْجَائِزُ بِلَا كَرَاهَةٍ مَا تَحْتَهُ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَمَا نَزَلَ عَنِ الْكَعْبَيْنِ مَمْنُوعٌ مَنْعَ تَحْرِيمٍ إِنْ كَانَ لِلْخُيَلَاءِ وَإِلَّا فَمَنْعُ تَنْزِيهٍ لِأَنَّ الْأَحَادِيثَ الْوَارِدَةَ فِي الزَّجْرِ عَنِ الْإِسْبَالِ مُطْلَقَةٌ فَيَجِبُ تَقْيِيدُهَا بِالْإِسْبَالِ لِلْخُيَلَاءِ انْتَهَى.

Dan Pada hadis-hadis tersebut (menunjukkan) bahwa isbal dikarenakan sombong termasuk dosa besar. Adapun isbal yang bukan karena sombong zahirnya hadis-hadis tersebut mengharamkan juga, akan tetapi di sini hadis-hadis tersebut menunjukkan dibatasi dengan sebab sombong karena secara umum ancaman yang ada mengenai celaan isbal itu ditarik kepada muqayyad (dibatasi), maka tidaklah haram menjulurkan pakaian dan isbal kalau selamat dari kesombongan. Telah berkata Ibnu Abdil Barr ; difaham dari hadis tersebut bahwa menjulurkan pakaian melebihi mata kaki tanpa sombong tidak termasuk kepada ancaman tersebut, tetapi menjulurkan gamis, dan yang lainnya dari pakaian baju itu tercela dalam kondisi apapun. Telah berkata an-Nawawi ; isbal itu di bawah dua mata kaki karena sombong, tapi jika keadaannya tidak sombong maka makruh. begini ungkapan imam Syafi'i dalam membedakan antara menjulurkan karena sombong dan bukan sombong, ia berkata : dan yang disukai adalah keadaan kain sarungnya sampai pertengahan betis, dan boleh serta tidak makruh ke bawah sampai ke dua mata kaki, dan kalau turun ke bawah melewati dua mata kaki itu dilarang secara haram kalau keadaannya karena sombong, tetapi jika tidak sombong, maka larangan makruh tahzih, karena hadis-hadis yang ada mengenai celaan menjulurkan sampai melebihi mata kaki dari isbal maka hadisnya umum (mutlaq) maka wajib ditaqyid (dibatasi) kepada isbal karena sombong, selesai.[13] Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari : X : 344.

 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي غِفَارٍ حَدَّثَنَا أَبُو تَمِيمَةَ الْهُجَيْمِيُّ وَأَبُو تَمِيمَةَ اسْمُهُ طَرِيفُ بْنُ مُجَالِدٍ عَنْ أَبِي جُرَيٍّ جَابِرِ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ رَأَيْتُ رَجُلًا يَصْدُرُ النَّاسُ عَنْ رَأْيِهِ .... وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنْ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ.

… Angkatlah sarungmu hingga setengah betis, jika tidak maka hingga kedua mata kaki. Dan janganlah engkau julurkan sarungmu karena itu bagian dari sifat sombong, sesungguhnya Allah tidak menyukai sifat sombong. Jika ada seseorang yang mencela dan memakimu karena cela yang ia ketahui darimu, maka janganlah engkau balas memaki karena cela yang engkau ketahui padanya, karena hal itu akan memberatkannya (pada hari kiamat)." Hr. Abu Daud : 3562



   [1] Hr. Bukhari : 5758. Nasai : 5331. Ahmad : 5713.
[2] Lihat Naliul Authar : I : 104.
[3] Hr. Muslim : 306. Abu Daud : 4089. Ahmad : 21766. Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar : 4024. Ibnu Abi   Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah : 24813.
[4] Hr. Thabrani ; 13252
[5] Hr. Abu Daud : 4096. Nasai : 5334. Ibnu Majah : 3576. Thabrani, Mu’jam al-Kabir : 13031. Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah : 25337.
[6] Hr. Bukhari : 5791.
[7] Hr. Bukhari : 5787. Nasai : 5331. Ahmad : 9308, 9936, 20110. Al-Baghawi, Syarhu as-Sunnah : 3081. Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf ibni Abi Syaibah : 25321. Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya : VII : 192.
[8] Hr. Bukhari : 5342. Muslim : 5584. Malik, al-Muwaththa’ : 1629. Abu Daud : 4095. Ibnu Majah : 3573.  Ahmad : 8992. Baihaqi, Sunan al-Kubra : 3445. Thabrani, Mu’jam al-Kabir : 247. Ibnu Khuzaimah : 781. Ibnu Hibban : 5446. Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la : 6334. Abu ‘Awanah, al-Mustakhraj : 6908, 6909. Abu Daud ath-Thayalisi, Musnad ath-Thayalisi : 2342. Al-Baghawi, Syarhu as-Sunnah : 3076. Ibnu Mandah, at-Tauhid Li ibni Mandah : 430.
[9] Hr. Bukhari : 5337. Muslim : 5573. Abu Daud : 4087. Tirmidzi : 1831. Ahmad : 5351. Baihaqi, Sunan al-Kubra : 3442. Ibnu Hibban : 5444. Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar : 7950.  Abu ‘Awanah : 6922.
[10] Hr. Ahmad : 5803.
[11] Hr. Bukhari : 3392, 5338. Abu Daud : 3563. Nasai 5240.
[12] Fathu al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari : X : 337.
[13] Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari : X : 344.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritikan untuk Jumhur dari Sejumlah Ulama hadis dan Fiqih tentang Makmum Masbuq dapat Rukuk dapat Satu Raka’at

DALIL-DALIL SEPUTAR DA'WAH

STATUS HADIS TENTANG ARWAH YANG MENINGGAL BISA MELIHAT KEADAAN KERABATNYA YANG MASIH HIDUP DAN DAPAT MENDO'AKANNYA