BISAKAH JIN DILIHAT DAN MENAMPAKKAN DIRI ?
Oleh :
Tim
Mubahatsah Ilmiyah
MA'HAD
AL-KUTUB AS-SITTAH
Istimbat ;
1. Jin
dapat dilihat oleh nabi baik wujud asli ataupun wujud lain atas idzin Allah
swt.
2. Jin
dalam wujud asli tidak dapat dilihat oleh selain nabi.
3.Jin dapat
menampakkan diri dengan wujud lain, tetapi tidak dapat diketahui kecuali atas
pemberitahuan langsung dari nabi seperti halnya para sahabat.
Demikian yang kami dapat simpulkan setelah melalui
pemaparan, pembahasan dan diskusi dari dalil-dalil yang kami temukan. Adapun
lampiran dalil-dalil pokoknya sebagai berikut ;
A. Definisi-definisi
- Jin
قال العلامة
الراغب : أَصْلُ الجِنِّ : سَتْرُ الشَّيْءِ عَنِ الحَاسَّةِ .
Kata al-'Allamah ar-Raghib ; Asal arti dari
(kata) Jin itu : sesuatu yang tertutup dari panca indera.[1]
قال العلامة ابن منظور : وَبِهِ سُمِّيَ الجِنُّ لاسْتِتارِهم واخْتِفائهم عَنِ الأَبصار،
Kata al-'Allamah Ibnu Manzhur : Dengannya
disebut jin lantaran tertutupnya dan tersembunyinya mereka (jin) itu dari
pandangan.[2]
- Ghaib
الغَيْبُ : مَا
لَا يَقَعُ تَحْتَ الحَوَاسِّ وَلَا تَقْتَضِيْهِ بِدَايَةُ العُقُولِ، وإنما يعلم
بخبر الأنبياء عليهم السلام.
Ghaib : perkara yang
tidak terjangkau oleh panca indera dan tidak terpikirkan oleh akal, hanya saja
akan diketahui dengan berita (wahyu) melalui para nabi alaihissalam. [3]
B.
Iblis adalah salah satu dari golongan jin
وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ
الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا.
Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zalim. QS.al-Kahfi : 50.
C. Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengatahui adanya jin melalui wahyu
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ
الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا.
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah
diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al
Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang
menakjubkan. QS. Al-Jin : 1.
قَالَ
العَلَّامَةُ القَاضِي المفَسِّرُ البَيْضَاوِي:
وَفِيْهِ دِلَالَةٌ عَلَى أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَاُم مَا رَآهُمْ
وَلَمْ يَقْرَأْ عَلَيْهِمْ وَإِنَّمَا اتَفَقَ حُضُورُهُمْ فِي بَعْضِ أَوْقَاتٍ
قِرَاءَتَهُ فَسَمِعُوهَا فَأَخْبَرَ الله بِهِ رِسُولَهُ.
Berkata al-Allamah al-Qadhi al-Mufassir al-Baidhawi : pada ayat
tersebut terdapat petunjuk bahwa nabi alaihi shalatu wasallam tidak melihat jin
dan tidak membacakan ayat kepada mereka, melainkan hanya saja hadirnya mereka (jin) di sebagian waktu itu bertepatan
dengan bacaan nabi, lalu mereka mendengar bacaan ayat al-Qur'an lalu Allah
memberitahukan kepada rasulnya.[4]
D.Allah
Ta'ala menampakkan hal ghaib hanya kepada para rasul yang diridhainya.
Allah Azza wa Jalla menciptakan makhluk
itu ada yang zahir (nampak oleh panca indera) dan ada yang ghaib (tidak
nampak). Perkara ghaib itu tidak akan Allah perlihatkan kepada siapapun
melainkan hanya kepada orang yang diridhainya dari para rasul. Sebagaimana
termaktub dalam surat al-Jin ayat 26-27.;
عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ
رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا (27)
(Dia
adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. 27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya,
maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya. QS. Al-Jin : 26, 27.
E. Rasulullah melihat jin dalam wujud asli
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ
عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ
عَلَيَّ الصَّلاَةَ، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ
إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا وَتَنْظُرُوا
إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا
لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ، فَرَدَّهُ خَاسِئًا.
Dari Abu
Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Ifrit dari bangsa jin telah menampakkan diri kepadaku tadi malam
untuk memutus shalatku, akan tetapi Allah meneguhkanku dari gangguannya. Lalu
aku sangat ingin mengikatnya pada salah satu tiang masjid sampai subuh dan kamu
semua dapat melihatnya. Tapi, aku teringat ucapan saudaraku Sulaiman, ‘Ya Allah,
ampunilah aku dan anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak layak untuk siapa
pun setelah aku’. Lalu Nabi mengembalikannya dalam keadaan hina. Hr. Bukhari
: 461, 3170, 4434. Muslim : 541. Ahmad : 7956. Baihaqi, Sunan al-Kubra : 3309.
Abu Awanah : 1731.
قَوْله : ( تَفَلَّتَ ) : بِالْفَاء
وَتَشْدِيد اللَّامِ أَيْ تَعَرَّضَ لِي فَلْتَةً ، أَيْ بَغْتَةً . وَقَالَ
الْقَزَّاز : يَعْنِي تَوَثَّبَ.
Sabdanya :
(tafallata) ; dengan huruf "fa" dan ditasydid huruf "lam"
nya yaitu mengahadapiku secara tiba-tiba. Berkata al-Qazzaz : yakni meyerobot.[5]
F. Jin
menyerupai wujud manusia.
عَنِ ابْنِ عباس قَالَ:
جَاءَ إِبْلِيسُ يَوْمَ بَدْرٍ فِي جُنْدٍ مِنَ الشَّيَاطِينِ، مَعَهُ رَايَتُهُ،
فِي صُورَةِ رَجُلٍ مِنْ بَنِي مُدْلِجٍ، وَالشَّيْطَانُ فِي صُورَةِ سُرَاقَةَ
بْنِ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ، فَقَالَ الشَّيْطَانُ لِلْمُشْرِكِينَ: {لَا غَالِبَ
لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ} فَلَمَّا اصْطَفَّ
النَّاسُ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قبضة من
التُّرَابِ فَرَمَى بِهَا فِي وُجُوهِ الْمُشْرِكِينَ، فَوَلَّوْا مُدْبِرِينَ
وَأَقْبَلَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، إِلَى إِبْلِيسَ، فَلَمَّا رَآهُ
-وَكَانَتْ يَدُهُ فِي يَدِ رَجُلٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ -انْتَزَعَ يَدَهُ ثُمَّ
وَلَّى مُدْبِرًا هُوَ وَشِيعَتُهُ، فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا سُرَاقَةُ، أَتَزْعُمُ
أَنَّكَ لَنَا جَارٌ؟ فَقَالَ: {إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ
اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ} وَذَلِكَ حِينَ رَأَى الْمَلَائِكَةَ.
Dari
Ibnu Abbas berkata, "Iblis datang pada perang Badar sebagai pasukan dari
kalangan setan yang membawa bendera serta telah menyerupai manusia dari Bani
Mudlij, yaitu sebagai sosok Suraqah bin Malik bin Ju’syum. Dia datang ke tengah
barisan tentara orang-orang musyrikin lalu berkata: Tidak ada seorang pun yang
dapat menang terhadap Kamu pada hari ini dan sesungguhnya saya adalah
pelindungmu. Ketika manusia telah berkumpul Rasulullah SAW mengambil segenggam
debu, lalu beliau lemparkan ke arah orang-orang musyrikin, mereka pun lari
tunggang langgang. Lalu Jibril menemui iblis. Waktu itu iblis sedang
memegangi tangan salah seorang musyrik, begitu melihat kedatangan Jibril, dia
langsung melepaskan tangan orang musyrik tersebut dan kabur mengambil langkah
seribu. Orang musyrik itu pun langsung meneriakinya: Wahai Suraqah, Kamu tadi
mengklaim diri sebagai pelindung kami? " Iblis menjawab,
"Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kalian tidak bisa melihatnya,
sesungguhnya saya takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya."
Itulah reaksi Iblis saat melihat para malaikat” . Lihat : Tafsir
Ibnu Katsir : IV : 73.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ
رَمَضَانَ، فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ،
وَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنِّي مُحْتَاجٌ، وَعَلَيَّ عِيَالٌ وَلِي حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ،
قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ البَارِحَةَ»، قَالَ:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً، وَعِيَالًا، فَرَحِمْتُهُ،
فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: «أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ»،
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ، لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّهُ سَيَعُودُ، فَرَصَدْتُهُ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ،
فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: دَعْنِي فَإِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ، لاَ
أَعُودُ، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ
أَسِيرُكَ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً، وَعِيَالًا،
فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: «أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ
وَسَيَعُودُ»، فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ،
فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَهَذَا آخِرُ
ثَلاَثِ مَرَّاتٍ، أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ، ثُمَّ تَعُودُ قَالَ: دَعْنِي
أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا، قُلْتُ: مَا هُوَ؟ قَالَ: إِذَا
أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ، فَاقْرَأْ آيَةَ الكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لاَ إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ} [البقرة: 255]، حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ،
فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ
شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ لِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ
البَارِحَةَ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِي
كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: «مَا هِيَ»،
قُلْتُ: قَالَ لِي: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الكُرْسِيِّ
مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ: {اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الحَيُّ القَيُّومُ} [البقرة: 255]، وَقَالَ لِي: لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ
اللَّهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ - وَكَانُوا
أَحْرَصَ شَيْءٍ عَلَى الخَيْرِ - فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ
مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ»، قَالَ: لاَ، قَالَ: «ذَاكَ
شَيْطَانٌ»
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat
Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan
dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan
mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga
dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya.
Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan
butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya
sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi”.
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia
pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan,
“Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini
benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan
kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya,
aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan
butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya
sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan
lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini
sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih
kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang
akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab,
“Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu
laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan
ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan
mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan
dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu
Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu
kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun
melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia
mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca
ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’.
Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun
tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam
melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta.
Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu
Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan”. Hr. Bukhari : 2311.
G.Jin
dapat berubah menyerupai hewan.
عَنِ أَبِيْ السَّائِبِ، أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فِي بَيْتِهِ، قَالَ: فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي، فَجَلَسْتُ
أَنْتَظِرُهُ حَتَّى يَقْضِيَ صَلَاتَهُ، فَسَمِعْتُ تَحْرِيكًا فِي عَرَاجِينَ
فِي نَاحِيَةِ الْبَيْتِ، فَالْتَفَتُّ فَإِذَا حَيَّةٌ فَوَثَبْتُ لِأَقْتُلَهَا،
فَأَشَارَ إِلَيَّ أَنِ اجْلِسْ فَجَلَسْتُ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَشَارَ إِلَى
بَيْتٍ فِي الدَّارِ، فَقَالَ: أَتَرَى هَذَا الْبَيْتَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ:
كَانَ فِيهِ فَتًى مِنَّا حَدِيثُ عَهْدٍ بِعُرْسٍ، قَالَ: فَخَرَجْنَا مَعَ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْخَنْدَقِ فَكَانَ ذَلِكَ
الْفَتَى يَسْتَأْذِنُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْصَافِ
النَّهَارِ فَيَرْجِعُ إِلَى أَهْلِهِ، فَاسْتَأْذَنَهُ يَوْمًا، فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْ عَلَيْكَ سِلَاحَكَ، فَإِنِّي
أَخْشَى عَلَيْكَ قُرَيْظَةَ، فَأَخَذَ الرَّجُلُ سِلَاحَهُ، ثُمَّ رَجَعَ فَإِذَا
امْرَأَتُهُ بَيْنَ الْبَابَيْنِ قَائِمَةً فَأَهْوَى إِلَيْهَا الرُّمْحَ
لِيَطْعُنَهَا بِهِ وَأَصَابَتْهُ غَيْرَةٌ، فَقَالَتْ لَهُ: اكْفُفْ عَلَيْكَ
رُمْحَكَ وَادْخُلِ الْبَيْتَ حَتَّى تَنْظُرَ مَا الَّذِي أَخْرَجَنِي، فَدَخَلَ
فَإِذَا بِحَيَّةٍ عَظِيمَةٍ مُنْطَوِيَةٍ عَلَى الْفِرَاشِ فَأَهْوَى إِلَيْهَا
بِالرُّمْحِ فَانْتَظَمَهَا بِهِ، ثُمَّ خَرَجَ فَرَكَزَهُ فِي الدَّارِ فَاضْطَرَبَتْ
عَلَيْهِ، فَمَا يُدْرَى أَيُّهُمَا كَانَ أَسْرَعَ مَوْتًا الْحَيَّةُ أَمِ
الْفَتَى، قَالَ: فَجِئْنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ وَقُلْنَا ادْعُ اللهَ يُحْيِيهِ لَنَا فَقَالَ:
«اسْتَغْفِرُوا لِصَاحِبِكُمْ» ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ
أَسْلَمُوا، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا، فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ،
فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ، فَاقْتُلُوهُ، فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ»
Dari
Abu Al Saib, bahwasanya ia memasuki rumah Abu Said Al Khudri. Ia berkata,
“Aku melihat Al Khudri sedang sholat dan aku pun menunggunya sampai selesai.
Lalu aku mendengar suatu gerakan di bawah tempat tidur di dalam rumah. Lalu aku
berbalik dan saat itulah aku melihat seekor ular, lalu aku berniat untuk
membunuh ular tersebut. Namun, Abu Said yang masih sholat ketika itu memberi
isyarat kepadaku agar duduk, membiarkan begitu saja ular tersebut. Aku pun
duduk. Setelah sholat, Abu Said menunjuk ke arah sebuah rumah di tengah
perkampungan, sambil berkata, "Tidakkah kau lihat rumah di sana itu?"
Aku jawab, "Ya, aku lihat”. Abu Said berkata, "Dulu di rumah itu
tinggal seorang pemuda yang baru saja melangsungkan pernikahan. Ketika itu kami
(termasuk pemuda itu) sedang pergi bersama Rasulullah sebagai
tentara pada Perang Khandaq. Pada suatu siang yang terik, pemuda itu meminta
izin kepada Rasulullah untuk pulang menemui istrinya. Beliau pun mengizinkannya
pulang. "Bawalah senjatamu! Aku khawatir Bani Quraidhah akan
membunuhmu," pesan Rasulullah. Pulanglah pemuda itu. Tak berapa jauh dari
rumahnya dia mendapati istrinya sedang berdiri di antara dua pintu (pintu
rumahnya dan pintu tetangganya). Melihat kejadian tersebut, marahlah dia. Da
hampir saja melemparkan tombaknya ke arah istrinya karena terbakar cemburu.
Sebelum semuanya benar-benar terjadi, istrinya berteriak, "Jangan kau
lempar tombakmu. Masuklah lebih dulu ke rumah, maka engkau akan tahu apa yang
memaksaku keluar rumah!" Dia lalu masuk rumah, dan dia melihat seekor ular
melingkarkan tubuhnya di atas ranjang.Dengan cepat dia menusuk tubuh ular itu
dengan tombaknya hingga tembus. Dia pun menenteng ular itu keluar rumah,
kemudian tiba-tiba ular itu meronta dan menggigit sang pemuda. Tidak diketahui
apakah ular atau pemuda itu yang lebih dahulu tewas. "Lalu kami menghadap
Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. 'Wahai Rasulullah, berdoalah
kepada Allah agar Dia menghidupkannya kembali," kata Abu Said melanjutkan
perkataannya. Rasulullah SAW menjawab, "Sungguh, di Madinah ini
ada sekelompok jin yang sudah masuk Islam. Jika kalian melihat salah satu dari
mereka (dalam wujud ular) maka usirlah dia dengan halus selama tiga hari. Bila
setelah tiga hari dia tetap saja enggan meninggalkan rumah, bunuhlah dia karena
hewan yang demikian itu adalah setan!" Hr. Muslim : 2236.
H.
Pandangan
para ulama
وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ فِي مَنَاقِبِ الشَّافِعِيِّ بِإِسْنَادِهِ
عَنِ الرَّبِيعِ سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يَرَى
الْجِنَّ أَبْطَلْنَا شَهَادَتَهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ نَبِيًّا انْتَهَى وَهَذَا
مَحْمُولٌ عَلَى مَنْ يَدَّعِي رُؤْيَتَهُمْ عَلَى صُوَرِهِمُ الَّتِي خُلِقُوا
عَلَيْهَا
Dan al-Baihaqi telah meriwayatkan dalam manaqib asy-Syafi’i
dengan sanadnya dari ar-Rabi’ yang menyatakan, “Aku mendengar asy-Syafi’i
berkata: ‘Barangsiapa yang mengaku melihat jin maka kami batalkan persaksiannya
kecuali Nabi.” Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan, hal ini berlaku bagi mereka
yang mengaku melihat jin dalam bentuk aslinya.[6]
Tim Mubahatsah Ma'had al-Kutub as-Sittah ;
Komentar
Posting Komentar