HUKUM SUTRAH DALAM SHALAT DAN SEPUTARNYA

 



Oleh :

Lembaga Kajian Turats PC. Pemuda Baleendah

Cangkring, al-Falah ; 22-12-2017

 

 

A.  Tinjauan Definisi

سُتْرَةُ المُصَلّْي هِيَ: مَا يَجْعَلَهُ المُصَلِي أَمَامَهُ؛ لِمَنْعِ المُرُورِ بَيْنَ يَدَيْهِ.

Sutrah bagi musholli yaitu : sesuatu yang dijadikan oleh  seorang musholli (orang yang sholat) ada di depannya, fungsinya untuk dapat menghalangi sesuatu yang lewat ke hadapannya.  Lihat Taudhihul Ahkam Min Bulughil Maram : I : 487.

 

B.  Dalil-dalil Perintah sholat menghadap sutrah dan membuat sutrah

 

1.     Hr.Ibnu Majah : 954. Abu Daud : 698, . Baihaqi, Sunanal-Kubra : 3580. Ibnu Abi Syaibah : 2892.

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ ، فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ ، وَلْيَدْنُ مِنْهَا ، وَلاَ يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ ، فَإِنْ جَاءَ أَحَدٌ يَمُرُّ , فَلْيُقَاتِلْهُ ، فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ.

Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Khalid Al Ahmar] dari [Ibnu 'Ajlan] dari [Zaid bin Aslam] dari ['Abdurrahman bin Abu Sa'id] dari [Bapaknya] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah menghadap ke sutrah dan mendekatinya. Jangan membiarkan seseorang melintas di depannya, jika ada seseorang yang melintasinya hendaklah ia bunuh sebab dia adalah setan.

 

@ Derajat hadits : Dho’if.

 

-        Berkata asy-Syaukani : pada sanadnya terdapat rawi bernama Muhammad bin Ajlan, dan sesisanya dari rawi-rawinya tsiqat. Nailul Authar : II : 5.

 

2.    Hr. Ahmad : 15415.

 

حَدَّثَنَا زَيْدٌ ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ ، فَلْيَسْتَتِرْ لِصَلاَتِهِ ، وَلَوْ بِسَهْمٍ.

Telah menceritakan kepada kami Zaid, telah mengabarkan kepadaku Abdul malik bin ar-Rabi’ bin Sabrah dari ayahnya dari kakeknya ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw : apabila seorang diantara kalian hendak sholat maka hendaklah ia membuat penutup/ penghalang untuk sholatnya itu walaupun dengan anak panah.

 

3.    Hr. Baihaqi : 3599, 3600. Ibnu Qasim Al-Baghawi, Mu’jam ash-Shahabat : 1185. Thabrani, Mu’jam al-Kabir : 6415. Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la : 941. Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf : 2879. Hakim, al-Mustadrak : 925, 926.

 

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ وَأَبُو طَاهِرٍ الْفَقِيهُ وَأَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِى إِسْحَاقَ الْمُزَكِّى وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِى عَمْرٍو قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ يَعْنِى ابْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنَ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ قَالَ حَدَّثَنِى عَمِّى عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- :« لِيَسْتُرْ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ وَلَوْ بِسَهْمٍ »

Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafiz dan Abu al-Faqih dan Abu Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzaqqi dan Abu Sa’id bin Abi Amer, mereka berkata : telah menceritakan kepada kami Abu al-Abbas : Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abdil Hakim,  telah menceritakan kepada kami Harmalah yakni Ibnu Abdil ‘Aziz bin ar-Rabi’ bin Sabrah ia berkata telah menceritakan kepadaku pamanku dari ayahnya dari kakeknya ia berkata : telah bersabda Nabi saw. : salahseorang dari kalian supaya menghalangi sholatnya walau dengan anak panah.

 

@ Derajat Hadits : Dha’if

 

Terdapat dua kecacatan :

 

1.     Idhthirab (inkonsisten) dari segi sanad.

 

Terkadang harmalah meriwayatkan hadits tersebut melalui pamannya bernama Abdul malik kemudian abdul malik ayahnya ,sebagaimana riwayat Baihaqi di atas,  dan kadangkala juga dalam riwayat lain seperti Hakim dan al-Baghawi Harmalah menerima langsung dari ayahnya. Inilah letak idhthirabnya.

 

2.    Pada sanadnya bersumber dari seorang rawi yaitu pamannya Harmalah yang bernama Abdul Malik bin ar-Rabi’ bin Sabrah. Berikut pujian dan kritikan para ulama jarh wa ta’dil  :

 

-        Berkata al-Hafiz Ibnu Hajar : al-‘Ijli memandang tsiqat Abdul Malik.

 

Akan tetapi penilaian tsiqat dari al-Ijli dibantah oleh Abu al-Hasan bin al-Qathan, beliau mengatakan : tidaklah kuat ‘adalahnya (abdul malik), walaupun imam muslim telah memakainya, akan tetapi tidak dijadikan hujjah dengannya. Dan imam muslim memakainya hanya satu hadits mengenai mut’ah sebagai mutaba’ah saja. Dan penyusun kitab itu pun telah mengingatkan mengenai hal tersebut. Lihat Tahdzib at-Tahdzib : V : 295.

 

-        Berkat Ibnu Abi Hatim : telah mengabarkan kepada kami Abdurrahman, telah mengabarkan kepada kepada kami Abu Bakar bin Abi Khaitsamah, tentang apa yang telah ia tulis kepadaku,ia mengatakan : telah ditanya Yahya bin Ma’in mengenai hadits-hadits Abdul Malik bin ar-Rabi’ bin Sabrah dari ayahnya dari kakeknya, maka beliau menjawab : Dhu’aafun (pada dha’if). Lihat al-Jarhu wat Ta’dil : V : 414.

 

-        Telah menghikayatkan Ibnu Jauzi dari Ibnu Ma’in bahwasanya ia mengatakan : Abdul Malik itu Dha’if. Lihat Tahdzib at-Tahdzib : V : 295.

 

Sejenak kita simak pernyataan pen-dha’ifan  Yahya bin Ma’in :

 

ما رواه ابن ابي خيثمة في " تاريخه" قال : قلت لابن معين : إنك قلت فقول : فلان ليس به بأس, و فلان ضعيف. قال :

" إذا قلت لك : ليس به بأس, فهو ثقة . وإذا قلت : هو ضعيف , فليس هو بثقة , ولا يكتب حديثه. "

Apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam “ Tarikhnya” ia mengatakan : aku bertanya kepada Ibnu Ma’in : sungguh engkau mengatakan : si pulan  laisa bihi Ba’sun, dan si pulan Dha’ifun. Maka beliau (ibnu Ma’in) menjawab :

“ Jika aku mengatakan kepadamu : si fulan laisa bihi ba’sun, maka orang itu tsiqat. Dan jika aku katakana : si fulan dha’ifun, maka orang itu tidaklah tsiqat, dan tidak dicatat haditsnya.”.  Lihat Tahrir Qawaid al-Jarhi wa at-Ta’dil : V : 70-71.

 

          Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadits tersebut adalah dha’if.

 

4. Hr. Abu Daud : 689. Ibnu Majah : 943. Ahmad : 7386. Baihaqi, Sunan al-Kubra : 3601.  Ibnu Hibban : 2361.

 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ حَدَّثَنِى أَبُو عَمْرِو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حُرَيْثٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَدَّهُ حُرَيْثًا يُحَدِّثُ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ شَيْئًا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَنْصِبْ عَصًا فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ عَصًا فَلْيَخْطُطْ خَطًّا ثُمَّ لاَ يَضُرُّهُ مَا مَرَّ أَمَامَهُ ».

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Bisyr bin Al-Mufadldlal] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Umayyah] telah menceritakan kepadaku [Abu Amru bin Muhammad bin Huraits] bahwasanya dia telah mendengar [Kakeknya, Huraits] menceritakan kepadanya dari [Abu Hurairah] bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, maka hendaklah dia meletakkan sesuatu di depannya.jika dia tidak menemukan, hendaklah dia menancapkan sebuah tongkat. Jika dia tidak membawa tongkat, hendaklah dia membuat garis, kemudian tidak memudharatkannya sekalipun ada yang lewat depannya." Hr. Abu Daud : 689. Ibnu Majah : 943. Ahmad : 7386. Baihaqi, Sunan al-Kubra : 3601.  Ibnu Hibban : 2361.

 

@ Derajat Hadits  : Dha’if.

 

-     Terjadi Ikhtilaf para ulama ahli hadits, antara Ismail bin Umayah menerima dari Abu Amer bin Muhammad bin Huraits atau menerima dari Abu Muhammad bin Amer bin Huraits. Sebagaimana dalam sanad Ibnu Hibban dan gurunya yaitu Ibnu Khuzaimah, sbb :

 

@ Sanad Ibnu Khuzaimah : 811 :

 

أنا أبو طاهر نا أبو بكر نا عبد الجبار بن العلاء و محمد بن منصور الجواز قالا ثنا سفيان عن إسماعيل بن أمية عن أبي محمد بن عمرو بن حريث يحدثه عن جده سمعت أبا هريرة يقول : قال أبو القاسم صلى الله عليه و سلم : إذا صلى أحدكم فليضع بين يديه شيئا وقال مرة : تلقاء وجهه شيئا فإن لم يجد شيئا فلينصب عصا فإن لم يجد عصا فليخط خطا ثم لا يضره ما مر بين يديه

@  Sanad Ibnu Hibban : 2376. ; sanadnya dha’if :

 

أخبرنا أبو يعلى قال : حدثنا محمد بن الصباح الدولابي قال : حدثنا مسلم بن خالد عن إسماعيل بن أمية عن أبي محمد بن عمرو بن حريث عن أبيه عن جده  : عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( إذا صلى أحدكم فليجعل تلقاء وجهه شيئا فلينصب عصا فإن لم يكن معه عصا فليخط خطا ثم لا يضره من مر أمامه )

قال شعيب الأرنؤوط : إسناده ضعيف

-     وقال أبو زرعة : الصحيح عن إسماعيل عن أبي عمرو بن حريث عن أبيه عن أبي هريرة .

 

Berkata Abu Zur’ah : yang benar adalah dari Ismail dai Abu ‘Amer bin Huraits dari ayahnya dari Abu Hurairah. Lihat al-Ahaditz wal Atsar allatii takallama alaiha alhafiz ibnu Rajab : I : 114.

 

-        Pada sadannya bersumber pada rawi yang sama yaitu Abu ‘Amer bin Muhammad bin Huraits.

 

-        Berkata al-Hafiz Ibnu Hajar : Majhul. Lihat Taqrib at-Tahdzib : 787.

 

Kalau seandainya hadits-hadits perintah menghadap dan membuat sutrah dalam sholat itu shahih, maka layak untuk dijadikan hujjah bahwa sutrah itu wajib. Sebagaimana dalam qaidah ushul :

الأصل في الأمر للوجوب ما دل الدليل على خلافه.

Pokok pada perintah itu untuk wajib kecuali ada dalil lain yang menunjukkan atas bedanya. Mabadi Awwaliyyah, Abdul Hamid Hakim : I : 8.

 

Hanya saja dalil-dalil mengenai perintah tersebut hadits-haditsnya dho’if.

 

C.  Hadits Fi’liyyah menghadap sutrah

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا الْأُمَرَاءُ

Dari [Ibnu Umar] "Bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam dahulu apabila keluar pada hari raya, maka beliau memerintahkan (pembantunya) membawa tombak, lalu diletakkan di hadapan beliau, lalu beliau shalat menghadap kepadanya, sedangkan

 

orang-orang shalat di belakangnya. Beliau melakukan hal terse but dalam sebuah perjalanan, dari sana para pemimpin menjadikan tombak sebagai acuan." Hr. Muslim : 773.

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْكُزُ وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ يَغْرِزُ الْعَنَزَةَ وَيُصَلِّي إِلَيْهَا زَادَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ وَهِيَ الْحَرْبَةُ

Dari [Ibnu Umar] "Bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dahulu menancapkan." Dan Abu Bakar berkata, "Beliau menancapkan tongkat lancip dan shalat menghadapnya." Dan Ibnu Abi Syaibah menambahkan, "Ubaidullah berkata, 'Tongkat tersebut adalah tombak'." Hr. Muslim ; 774.

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْرِضُ رَاحِلَتَهُ وَهُوَ يُصَلِّي إِلَيْهَا.

 

Dari [Ibnu Umar] "Bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dahulu menjadikan unta kendaraannya sebagai penghalang (sutrah), dan beliau shalat menghadapnya." Hr. Muslim : 775

 

Hadits-hadits yang menerangkan fi’liyyah nabi adalah shahih, akan tetapi fi’liyyah nabi saw semata-semata tidak menunjukkan kepada wajib sebagaimana dalam qaidah ushul :

الأصل في فعل النبي.ص. بمجرده لا يفيد الوجوب

Pokok pada pekerjaan Nabi saw. dengan sendirinya tidak menunjukkan wajib.

 

D.  Dalil yang memalingkan perintah kepada sunnat

 

1.   Hr. Baihaqi : 3618.

 

حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ : عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ إِمْلاَءً أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ : أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الْبَصْرِىُّ بِمَكَّةَ ح وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَلِىٍّ الرُّوذْبَارِىُّ أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ قَالاَ حَدَّثَنَا سَعْدَانُ بْنُ نَصْرٍ الْمَخْرَمِىُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْجَزَّارِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : صَلَّى فِى فَضَاءٍ لَيْسَ بَيْنَ يَدَيْهِ شَىْءٌ. وَلَهُ شَاهِدٌ بِإِسْنَادٍ أَصَحَّ مِنْ هَذَا عَنِ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ وَسَيَرِدُ بَعْدَ هَذَا إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى.

Telah menceritakan Abu Muhammad : Abdullah bin Yusuf secara dikte, telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id : Ahmad bin Muhammad bin Ziyad al-Bashri di Mekkah. Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Ali ar-Ruzbari, telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Muhammad ash-Shaffar mereka berdua (Abu Sa’id dan Ismail)  telah berkata : telah mencceritakan kepada kami Sa’dan bin Nashir al-Makhrami, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyyah, dari al-Hajjaj bin Arthah, dari al-Hakam bin Utaibah, dari Yahya bin al-Jazzar, dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. beliau pernah sholat dikerimunan orang-orang tidak ada sesuatu dihadapannya. Dan bagi hadits ini ada syahid dengan sanad yang lebih sah disbanding ini dari al-Fadhal bin Abbas, dan aka nada setelah ini insyallah ta’ala.

               

2.    Hr, Baihaqi :  3619.

 

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ : عَلِىُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بِشْرَانَ بِبَغْدَادَ أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٍ : مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو الرَّزَّازُ حَدَّثَنَا سَعْدَانُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ كَثِيرِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ أَبِى وَدَاعَةَ السَّهْمِىِّ عَنْ بَعْضِ أَهْلِهِ أَنَّهُ سَمِعَ جَدَّهُ الْمُطَّلِبَ بْنَ أَبِى وَدَاعَةَ يَقُولُ : رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِمَّا يَلِى بَابَ بَنِى سَهْمٍ ، وَالنَّاسُ يَمُرُّونَ بَيْنَ يَدَيْهِ ، لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الطُّوَّافِ سُتْرَةٌ.

…….. dari katsir bin katsir bin al-Muthalib bin Abi wada’ah as-Sahmiy dari sebagian keluarganya bahwasannya ia telah mendengar dari kakeknya yaitu al-Muthalib bin Abi wada’ah berkata : aku telah melihat Nabi saw. beliau sholat diantara pintu bani sahmin, dan orang-orang melewati dihadapannya, tidak ada sutrah (pembatas) antara beliau dan orang-orang yang thawaf ,

 

Dalam riwayat thabrani disebutkan bahwa katsir meriwayatkan dari ayahnya, Sbb ;

 

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بن إِبْرَاهِيمَ الدَّبَرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنْ عَمْرِو بن قَيْسٍ، أَخْبَرَنِي كَثِيرُ بن كَثِيرِ بن الْمُطَّلِبِ بن أَبِي وَدَاعَةَ السَّهْمِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ:رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالنَّاسُ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ بَيْنَ يَدَيْهِ، لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ سُتْرَةٌ. حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بن إِبْرَاهِيمَ الدَّبَرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ كَثِيرِ بن كَثِيرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، مِثْلَهُ، إِلا إِلاأَنَّهُ قَالَ:رَأَيْتُهُ يُصَلِّي مِمَّا يَلِي بَابَ بني سَهْمٍ.

…………… dari Katsir bin Katsir dari ayahnya, dari kakeknya riwayatnya sama, hanya (redaksinya) ia mengatakan begini : aku telah melihat dia (rasul) sholat dekat pintu bani Sahim.

 

3.    Hr. Muslim : 770.

 

عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا نُصَلِّي وَالدَّوَابُّ تَمُرُّ بَيْنَ أَيْدِينَا فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ الرَّحْلِ تَكُونُ بَيْنَ يَدَيْ أَحَدِكُمْ ثُمَّ لَا يَضُرُّهُ مَا مَرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ و قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ فَلَا يَضُرُّهُ مَنْ مَرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ.

Dari [Musa bin Thalhah] dari [Bapaknya] dia berkata, "Kami pernah shalat, sedangkan hewan ternak melewati di depan kami, lalu kami menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, maka beliau bersabda, 'Kalaulah sudah ada benda seperti seperti kayu yang ada di punggung unta dan diletakkan di depan salah seorang dari kalian, maka sesuatu yang lewat di hadapan mereka tidak akan membahayakan." Ibnu Numair berkata, "Maka orang yang lewat di hadapannya tidak akan membahayakannya."

 

Jika seandainya sutrah wajib, niscaya rasul memberi peringatan keras kepada sahabat tersebut.

 

4.    Hr. Bukhari : 463.

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ أَقْبَلْتُ رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ الِاحْتِلَامَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِالنَّاسِ بِمِنًى إِلَى غَيْرِ جِدَارٍ فَمَرَرْتُ بَيْنَ يَدَيْ بَعْضِ الصَّفِّ فَنَزَلْتُ وَأَرْسَلْتُ الْأَتَانَ تَرْتَعُ وَدَخَلْتُ فِي الصَّفِّ فَلَمْ يُنْكِرْ ذَلِكَ عَلَيَّ أَحَدٌ

Dari ['Abdullah bin 'Abbas] bahwa dia berkata, "Pada suatu hari aku datang sambil menunggang keledai betina dan pada saat itu usiaku hampir baligh. Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang shalat bersama orang banyak di Mina tanpa ada dinding (tabir) di hadapannya. Maka aku lewat didepan sebagian shaf, aku lantas turun dan aku biarkan keledaiku mencari makan. Kemudian aku masuk ke barisan shaf dan tidak ada seorang pun yang menegurku."

 

5.    Hr. Bukhari : 482

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ

Dari ['Aisyah] ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sedangkan aku tidur di atas ranjangnya dengan membentang dihapannya. Ketika akan witir, beliaumembangunkan aku hingga aku pun shalat witir

 

@ Kesimpulan dari dalil-dalil di atas, serta ditinjau berdasarkan kadiah-kaidah ushul, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa membuat/ meletakkan sutrah dalam solat itu hukumnya sunnat.

 

E.   Jenis-jenis sutrah.

 

Terdapat sejumlah dalil rasulullah saw menghadap tidak kepada sesuatu jenis sutrah tertentu, adapun dalil-dalilnya sebagai berikut :

 

1.     Kayu

 

عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ مُؤْخِرَةِ الرَّحْلِ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُبَالِ مَنْ مَرَّ وَرَاءَ ذَلِكَ

Dari [Musa bin Thalhah] dari [Bapaknya] dia berkata, Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian telah meletakkan di hadapannya seperti kayu yang diletakkan di belakang punggung unta, hendaklah dia shalat, dan janganlah dia memperhatikan orang yang lewat di belakang sutrah tersebut." Hr. Muslim : 769

 

2.    Kendaraan

 

عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْرِضُ رَاحِلَتَهُ وَهُوَ يُصَلِّي إِلَيْهَا

Dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] "Bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dahulu menjadikan unta kendaraannya sebagai penghalang (sutrah), dan beliau shalat menghadapnya." Hr. Muslim : 775

 

3.    Tombak, imam pembatas bagi makmumnya begitu juga saf depan jadi pembatas saf berikutnya dan saterusnya.

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا الْأُمَرَاءُ

Dari [Ibnu 'Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika keluar untuk shalat 'ied, beliau meminta sebuah tombak lalu ditancapkannya di hadapannya. Kemudian beliau shalat dengan menghadap ke arahnya, sedangkan orang-orang shalat di belakangnya. Beliau juga berbuat seperti itu ketika dalam bepergian, yang kemudian diteruskan oleh para pemimpin (Khulafa Rasyidun)." Hr. Bukhari ; 464.

 

 

4.    Tonggak/ tongkat

 

حَدَّثَنَا عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَصَلَّى بِنَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ وَالْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ يَمُرُّونَ مِنْ وَرَائِهَا

telah menceritakan kepada kami ['Aun bin Abu Juhaifah] berkata, "Aku mendengar [Bapakku] berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui kami saat terik matahari. Kemudian beliau diberi bejana berisi air, lalu beliau berwudlu dan mengerjakan shalat Zhuhur dan 'Ashar bersama kami. Sementara itu dihadapannya ditancapkan sebuah tonggak, sementara para wanita dan keledai berlalu lalang di belakang tonggak kayu tersebut." Hr. Bukhari : 469.

 

5.    Tiang

 

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ كُنْتُ آتِي مَعَ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ فَيُصَلِّي عِنْدَ الْأُسْطُوَانَةِ الَّتِي عِنْدَ الْمُصْحَفِ فَقُلْتُ يَا أَبَا مُسْلِمٍ أَرَاكَ تَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنْدَ هَذِهِ الْأُسْطُوَانَةِ قَالَ فَإِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنْدَهَا

telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Abu 'Ubaid] berkata, "Aku dan [Salamah bin Al Akwa'] datang (ke Masjid), lalu dia shalat menghadap tiang yang dekat dengan tempat muhshaf. Lalu aku tanyakan, 'Wahai Abu Muslim, kenapa aku lihat kamu memilih tempat shalat dekat tiang ini? ' Dia menjawab, 'Sungguh aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memilih untuk shalat di situ'." Hr. Bukhari : 472.

 

6.     Tikar

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أَعَدَلْتُمُونَا بِالْكَلْبِ وَالْحِمَارِ لَقَدْ رَأَيْتُنِي مُضْطَجِعَةً عَلَى السَّرِيرِ فَيَجِيءُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَتَوَسَّطُ السَّرِيرَ فَيُصَلِّي فَأَكْرَهُ أَنْ أُسَنِّحَهُ فَأَنْسَلُّ مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْ السَّرِيرِ حَتَّى أَنْسَلَّ مِنْ لِحَافِي

Dari ['Aisyah] berkata, "Apakah kalian menyamakan kami dengan anjing dan keledai? Sungguh, aku pernah berbaring di atas tikar, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang dan berdiri melaksanakan shalat di tengah tikar. Aku tidak ingin mengganggu beliau, maka aku geser kakiku pelan-pekan dari tikar hingga aku keluar dari selimutku." Hr. Bukhari : 478

 

7.    Tempat tidur

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادِ بْنِ الْهَادِ قَالَ أَخْبَرَتْنِي خَالَتِي مَيْمُونَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ قَالَتْ كَانَ فِرَاشِي حِيَالَ مُصَلَّى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُبَّمَا وَقَعَ ثَوْبُهُ عَلَيَّ وَأَنَا عَلَى فِرَاشِي

Dari ['Abdullah bin Syaddad bin Al Had] berkata, bibiku [Maimunah binti Al Harits] mengabarkan kepadaku, ia berkata, "Tempat tidurku berhadapan dengan tempat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan terkadang pakaian beliau mengenaiku saat aku sedang tidur."Hr. Bukhari : 487.

 

Berdasar hadits-hadits tersebut menjadi dalil bahwa jenis-jenis sutrah yang terdapat dalam hadits-hadits disebutkan di atas merupakan tanawwu’ saja yaitu menunjukkan salah satunya bukan satu-satunya.

 

F.   Sutrah Imam adalah sutrah bagi makmumnya

 

عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِمْ بِالْبَطْحَاءِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ تَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ

Dari ['Aun bin Abu Juhaifah] berkata, aku mendengar [Bapakku], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melaksanakan shalat bersama para sahabat di daerah Bathha`, dan di hadapan beliau ditancapkan sebuah tombak kecil. Beliau mengerjakan shalat Zhuhur dua rakaat dan shalat Ashar dua rakaat, sementara wanita dan keledai berlalu lalang di hadapannya." Hr. Bukhari : 465.

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا الْأُمَرَاءُ.

Dari [Ibnu 'Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika keluar untuk shalat 'ied, beliau meminta sebuah tombak lalu ditancapkannya di hadapannya. Kemudian beliau shalat dengan menghadap ke arahnya, sedangkan orang-orang shalat di belakangnya. Beliau juga berbuat seperti itu ketika dalam bepergian, yang kemudian diteruskan oleh para pemimpin (Khulafa Rasyidun)." Hr. Bukhari : 464.

 

G.  Fungsi/ manfaat adanya sutrah adalah menjaga kekhusuan sholat

 

عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ زَيْدَ بْنَ خَالِدٍ أَرْسَلَهُ إِلَى أَبِي جُهَيْمٍ يَسْأَلُهُ مَاذَا سَمِعَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَارِّ بَيْنَ يَدَيْ الْمُصَلِّي فَقَالَ أَبُو جُهَيْمٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيْ الْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ قَالَ أَبُو النَّضْرِ لَا أَدْرِي أَقَالَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ شَهْرًا أَوْ سَنَةً

Dari [Busr bin Sa'id] bahwa Zaid bin Khalid mengutusnya kepada Abu Juhaim untuk menanyakan apa yang didengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat. [Abu Juhaim] lalu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya orang yang lewat di depan orang yang mengerjakan shalat mengetahui apa akibat yang akan ia tanggung, niscaya ia berdiri selama empat puluh lebih baik baginya dari pada dia lewat di depan orang yang sedang shalat." Abu An Nadlr berkata, "Aku tidak tahu yang dimaksud dengan jumlah 'empat puluh itu', apakah empat puluh hari, atau bulan, atau tahun." Hr. Bukhari : 480.

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ

Dari ['Aisyah] ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sedangkan aku tidur di atas ranjangnya dengan membentang dihapannya. Ketika akan witir, beliaumembangunkan aku hingga aku pun shalat witir. Hr. Bukhari : 482

 

H. Tidak batal sholat disebabkan oleh sesuatu yang menghalangi di hadapannya.

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَخْبَرَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ سَأَلَ عَمَّهُ عَنْ الصَّلَاةِ يَقْطَعُهَا شَيْءٌ فَقَالَ لَا يَقْطَعُهَا شَيْءٌ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ فَيُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ وَإِنِّي لَمُعْتَرِضَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ عَلَى فِرَاشِ أَهْلِهِ

Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'id] berkata, telah menceritakan kepadaku [Anak saudara Ibnu Syihab], bahwa dia pernah bertanya kepada [Pamannya] tentang sesuatu yang dapat memutuskan shalat. Maka pamannya menjawab, "Tidak ada yang dapat memutuskan shalat. Aku telah mendapat kabar dari ['Urwah bin Az Zubair] bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri melaksanakan shalat malam sedangkan aku berbaring membentang antara beliau dan arah kiblatnya di tempat tidur keluarga." Hr. Bukhari : 485.


I.   Kesimpulan :

 

Dari paparan-paparan keterangan yang telah lalu secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Menghadap atau membuat sutrah ketika atau hendak solat adalah kondisional dan  hukumnya sunnat.
2.    Jenis sutrah bisa apa saja selama tidak ada unsur najis dan atau memadaratkan.
3.    Jarak musholli dengan sutrah seukuran tempat sujud.
4.    Hikmah sutrah untuk menjaga kekhususan pada tempat-tempat tertentu. 

@       

 

Cangkring, al-Falah ; 22-12-2017

Lembaga Kajian Turats PC. Pemuda Baleendah


 Anggota-anggota kajian turats :

·         Syamsudin Mukti, S.Pd.I

·         Jamaludin al-Anshari

·         Fajar, S.Pd.I

·         Dikdik M. Iqbal, S.Pd.I

·         Agung Hikmatullah, S.Pd

·         Rahmat S.Pd.I

·         Ilan, S.Pd.I

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritikan untuk Jumhur dari Sejumlah Ulama hadis dan Fiqih tentang Makmum Masbuq dapat Rukuk dapat Satu Raka’at

DALIL-DALIL SEPUTAR DA'WAH

STATUS HADIS TENTANG ARWAH YANG MENINGGAL BISA MELIHAT KEADAAN KERABATNYA YANG MASIH HIDUP DAN DAPAT MENDO'AKANNYA