Derajat hadis Shaum 9 hari awal Dzulhijjah

Derajat hadis Shaum 9 hari awal Dzulhijjah

         Oleh  : Abu Fatwa  
        (SAMSUDIN)



Terdapat beberapa riwayat fi’liyah nabi shallallahu ‘laihi wasallam mengenai shaum sembilan hari awal bulan Dzulhijjah, akan tetapi dari sekian riwayat khabar ini berpusar ke seorang rawi bernama Hunaidah beliau menerima hadis tersebut dari istrinya. Berikut riwayat-riwayatnya :

1. Hr. Nasai, Sunan al-Kubra : 2417. Nasai, al-Mujtaba : 2332, 2374. Ahmad : 21302, 25263, 26109.


أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا شَيْبَانُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ ، عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ ، عَنِ امْرَأَتِهِ ، قَالَتْ : حَدَّثَتْنِي بَعْضُ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ ، وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ : أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ ، وَخَمِيسَيْنِ.


Telah memberitakan kepada kami Zakariya bin Yahya, ia berkata : telah memberitakan kepada kami Abu ‘Awanah dari al-Hurr bin ash-Shiyah, dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya berkata :  telah menceritakan kepadaku sebagian isteri-isteri nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ; bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ia shaum pada hari ‘Asyura dan Sembilan hari dari bulan Dzulhijjah, dan tiga hari dari tiap bulan atau pada hari senin pertama dan dua hari kamis setiap bulan.

2. Hr. Abu Dawud : 2081. Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra : 8653.

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Al Hurr bin Ash Shabbah], dari [Hunaidah bin Khalid] dari [Seorang wanita] dari [sebagian isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal sembilan Bulan Dzul Hijjah, serta pada Hari 'Asyura` serta tiga hari dari setiap bulan, dan hari Senin serta Kamis pada setiap bulan.

3. ath-Thahawi, Syarh Ma’anil Atsar : 3291.

حَدَّثَنَا رَبِيعٌ الْجِيزِيُّ , قَالَ: ثنا أَسَدٌ , قَالَ: ثنا أَبُو عَوَانَةَ , عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ , عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ , عَنِ امْرَأَتِهِ , عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ , وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ , وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ " .
Telah menceritakan kepada kami Rabi’ al-Jaziri, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Asad, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah, dari al-Hurr bin ash-Shayyah, dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari sebagian isteri-isterinya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : bahwasannya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ia shaum Sembilan Dzulhijjah, dan hari ‘Asyura, dan tiga hari dari setiap bulan.

Hadis-hadis tersebut dha’if. Sebab kedha’ifannya : 

1. Karena berpusar ke Hunaidah bin Khalid, sedangkan Hunaidah rawi yang diperselisihkan apa dia    itu tabi’in atau sahabat. Berkata Syeikh Doktor Mahir Yasin Fahl dalam al-Multaqa : akan tetapi Imam Bukhari dan begitu juga Abu Hatim tidak menyebutkan dia itu sahabat sebagaimana yang aku sebutkan. Dan jelasnya bahwasannya Hunaidah itu adalah seorang tabi’in sebagaimana yang dikatakan doctor Basyar ‘Awad dalam kitabnya Tahrir Taqrib. Dan isteri Hunaidah juga Tabi’in, bisa jadi Hunaidah menyendiri periwayatan dari isterinya dan itu mendekati kepada Jahalah (Majhul).  Lihat Arsip Multaqa Ahli al-hadis : IV : 434.

2. Isteri Hunaidah sendiri tidaklah diketahui alias Majhul.

Tambahan :
Terdapat pula riwayat lainya dengan fadilah-fadilah tertentu hanya saja kesemuanya itu tidak luput dari kedha’ifan bahkan derajat-derajat hadisnya Maudhu’ (palsu). Sebagaimana yang termaktub dalam kitab “ Tadzkiratul Maudhu’aat”. Diantaranya :

فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ وُلِدَ ابراهيم فَمَنْ صَامَ ذَلِكَ اليَوْمَ كَانَ كَفَّارَةَ سِتِّيْنَ سَنَةً " فِيْهِ مُحَمَّد ابْنُ سَهْلٍ يَضَعُ.

Pada awal malam Dzulhijjah itu telah dilahirkan Ibrahim, maka barangsiapa yang shaum pada hari itu menjadi penebus dosa 60 tahun. 

Akan tetapi pada sanad riwayat tersebut bernama Muhammad bin Sahl ia memalsukan hadis.

عَنْ عَائِشَةَ " صِيَامُ أَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ العَشْرِ يَعْدِلُ مِائَةَ سَنَةٍ وَاليَوْمِ الثَّانِي يَعْدِلُ مِائَتَيْ سنة فَإِذَا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ يَعْدِلُ أَلْفَ عَامٍ وَصِيَامُ يَوْم عَرَفَةَ يَعْدِلُ أَلْفَيْ عَامٍ " فِيْهِ مَحَمَّدُ بْنُ المُحَرَّمِ كَذَّابٌ.

Dari Aisyah : Shaum awal hari dari 10 (Dzulhijjah) mengimbangi (amal) 100 tahun, dan shaum hari kedua mengimbangi (amal) 200 tahun , maka apabila shaum hari tarwiyyah (tanggal 8) mengimbangi (amal) 1000 tahun, dan shaum hari arafah mengimbangi (amal) 2000 tahun. 

Hanya saja pada sanad riwayat tersebut terdapat rawi bernama Muhammad bin al-Muharram ialah ia seorang pendusta.

" مَنْ صَامَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ أَعْطَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِثْلَ ثَوَابِ أَيُّوبَ عَلَى بَلاَئِهِ وَإِنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ أَعْطَاهُ اللهُ ثَوَابَ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ وَإِنْ لَمْ يَأْكُلْ يَوْمَ النَّحْرِ حَتَّى يُصَلِّي أَعْطَاهُ اللهُ ثَوَابَ مَنْ صَلَّى ذَلِكَ اليَوْمَ فَإِنْ مَاتَ إِلَى ثَلاَثِيْنَ يَومًا مَاتَ شَهِيْدًا " فِيْهِ حَمَّادُ بْنُ عُمَرَ كَذَّابٌ.

Barangsiapa yang shaum hari tarwiyyah ( 8 Dzulhijjah), Allah Azza wa Jalla akan memberinya pahala seperti pahalanya Ayub atas cobaannya, dan apabila ia shaum hari Arafah Allah akan memberinya pahala seperti pahalanya Isa bin Maryam, dan jika ia tidak makan di hari Naharnya (iedul Adha) sampai ia melaksanakan salat (ied), maka Allah akan memberinya pahala seperti orang yang telah salat pada hari itu, maka kalau ia mati sampai pada hari ke 30nya, maka ia termasuk mati syahid.

Akan tetapi pada sanadnya terdapat rawi yang bernama Hammad bin Umar, ia seorang pendusta.

Kesimpulan :
~ Hadis-hadis shaum Dzulhijjah  yang khusus diawali dari awal bulan Dzulhijjah tidak ada yang shahih.
~ yang shahih shaum Arafah hanya diamalkan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Sebagai dalam riwayat muslim dalam kitab shahihnya no 1977  :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ      الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِية
.
Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada Arafah, maka beliau menjawab: "Puasa itu akan menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang." 

Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritikan untuk Jumhur dari Sejumlah Ulama hadis dan Fiqih tentang Makmum Masbuq dapat Rukuk dapat Satu Raka’at

DALIL-DALIL SEPUTAR DA'WAH

STATUS HADIS TENTANG ARWAH YANG MENINGGAL BISA MELIHAT KEADAAN KERABATNYA YANG MASIH HIDUP DAN DAPAT MENDO'AKANNYA