AIR-AIR YANG BOLEH DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI
Oleh : Abu
Fatwa Albani
(Syamsudin Mukti)
Thaharah secara bahasa yaitu bersuci. Menurut istilah syara’ yaitu pekerjaan yang
membolehkan shalat. seperti wudlu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis.[1]
1. Keutamaan Thaharah
لاَ
تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ
أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Janganlah kamu bersembahyang dalam
mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar
taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di
dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. QS ; at-Taubah ;
108
2. Yang boleh digunakan untuk bersuci
a. Air
hujan, salju, dan air embun.
berdasarkan dalil :
وَيُنَزِّلُ
عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِه
Dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan
itu. QS; al-Anfal ; 11
Dipaham dari kalimat “ Minas Sama-i
Ma-aan”, air sumur dan air sungai
pun bisa dijadikan alat thaharah selama tidak berubah warna, rasa dan baunya
disebabkan najis.
قَالَ
« اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ أَنْقِنِى مِنْ خَطَايَاىَ كَالثَّوْبِ
الأَبْيَضِ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِى بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ
وَالْبَرَدِ ».
Rasul mengucapkan
(dalam shalatnya) ; Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan antara kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau
telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari
kesalahan-kesalahanku seperti bersihnya
kain putih dari kotoran. Ya Allah, bersihkanlah aku dengan air, salju, dan embun.[2]
b.
Air Laut.
berdasarkan dalil :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيلَ
مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ
الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هُوَ الطَّهُورُ
مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ ».
Dari
Abu Hurairah ia berkata ; seorang lelaki bertanya kepada Nabi saw. ia berkata ;
Ya Rasulullah, sungguh kami menunggangi lautan (berlayar di lautan) dan
kami membawa sedikit air, jika kami
berwudlu dengan air itu niscaya kami kehausan. Apakah boleh kami berwudlu
dengan air laut ? Rasulullah menjawab ; laut itu suci airnya, halal bangkainya.[3]
Berkata Abu Isa (Tirmidzi) : Hadits
ini adalah hadits hasan shahih.[4]
c.
Air Zamzam.
berdasarkan dalil :
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسَجْلٍ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ، فَشَرِبَ مِنْهُ
وَتَوَضَّأَ
Dari
Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata ; sesungguhnya Nabi saw. meminta satu ember
air zamzam, kemudian ia minum darinya dan berwudlu.[5]
Maraji’
:
[1]
Lihat at-Taaj al-Jami’
al-Ushul Fi Ahaditsi ar-Rasul : I : 77.
[2] Hr.
Abu Daud; 781. Bukhari; 744. Muslim; 1382.
Nasai; 60. Ibnu Majah; 805. Al-Bazzar, Ahmad; 71664,. Ibnu
Khuzaimah, Shahih Ibni Khuzaimah; 465. Ibnu Hibban, Shahih
Ibni Hibban; 1775. Musnad al-Bazzar; 4638. Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la; 4474.
[3] Hr.
Abu Daud ; 83. Tirmidzi ; 69. Nasai ; 59. Ibnu Majah ; 386. Ahmad ; 8720.
Baihaqi, Sunan al-Kubra ; 1. Daaraquthni ; 80. Imam Malik ; 41. Ibnu
Khuzaimah, Shahih Ibni Khuzaimah ; 111. Ibnu Hibban, Shahih Ibni
Hibban ; 1243.
[4] Lihat
Sunan Tirmidzi ; I : 130.
[5] Hr. Abu Abdillah bin Ishaq bin al-Abbas
al-Makki al-Fakihi. Akhbaru Makkah Lil Fakihi ; 1130. Ahmad ; 564.
Mantapz ustadz ...
BalasHapus